Powered by Blogger.

PELAKSANAAN PEMELIHARAAN PADA USAHA TERNAK KAMBING

Usaha ternak kambing merupakan salah satu agribisnis yang memiliki prospek cukup bagus. Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan dari usaha ternak kambing adalah pelaksanaan pemeliharaan. Prosedur pelaksanaan pemeliharaan dalam usaha ternak kambing akan kami uraikan di bawah ini.

Pemeliharaan Anak Kambing

Anak kambing dalam Bahasa Jawa sering disebut cempe, merupakan anak kambing dari lahir sampai usia 6 bulan. Pemeliharaan cempe harus sudah di mulai sejak masih di dalam kandungan, yakni sejak induk kambing tersebut bunting.

  1. Induk kambing bunting
  2. Induk bunting, mulai sejak kebuntingan muda, perlu memperoleh perhatian, dan setelah induk kambing mendekati bunting tua harus memerlukan tatalaksana pemeliharaan yang bersifat khusus, selain pemberian makanan yang sesuai. Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah:
    1. Dua bulan menjelang beranak, sebaiknya kambing dipisahkan dari kelompoknya dan dimasukkan dalam kandang tersendiri. Dengan demikian akan terhindar dari kemungkinan penandukan-penandukan dari kambing lain nya.
    2. Makanan harus cukup dan memiliki kualitas sesuai dengan usia kebuntingan kambing supaya proses pertumbuhan foetus berlangsung baik, produksi colostrum berkualitas dan melahirkan cempe sehat.
    3. Olah raga bagi induk bunting sangat penting. Oleh karena itu induk kambing sebaiknya tidak dikandangkan terus-menerus, karena bila terlalu gemuk dan kurang lancar peredaran darahnya akan mengakibatkan sulit melahirkan. Olah raga yang dimaksud adalah membuat kambing bergerak dengan jalan menggiring jalan-jalan sekitar kandang.
    4. Jika telah terlihat tanda-tanda kambing akan melahirkan, secepatnya lantai kandang diberi alas jerami kering yang bersih. Induk kambing dibersihkan dari kotoran dan gumpalan bulu dan bulu di sekitar ambing dicukur dan dibersihkan. Tanda-tanda yang dapat dilihat secara visual pada kambing yang akan melahirkan adalah: induk kambing gelisah, ambing terlihat membengkak, punggung mengendor, urat daging di sekitar vulva mengendor, mencakar-cakar seolah-olah berusaha membuat sarang dan dari vulva keluar lendir.
    5. Pada saat kambing akan melahirkan anak harus selalu memperoleh pengawasan, tetapi harus diusahakan agar tidak mengganggu atau membuat kambing merasa ketakutan.
    6. Kambing biasanya jarang mengalami kesulitan dalam melahirkan anak. Sehingga jarang menimbulkan permasalahan serta memerlukan pertolongan. Tetapi bila terjadi kesukaran, khususnya karena disebabkan letak anak dalam posisi tidak normal, misalnya kepala tertunduk atau kaki terlipat. Maka pertolongan yang diperlukan adalah usaha mengembalikan ke letak yang normal atau usaha meletakkan posisi kepala berada di antara kedua kaki depan dan menghadap ke vulva.
    7. Apabila kambing yang melahirkan anak, tetapi anak kambing tidak segera dapat bernafas, maka perlu pertolongan segera, supaya anak kambing dapat bernafas dengan cara meniup mulutnya atau memijat/menekan-nekan sisi dada dan mengangkat tubuh bagian belakang.
    8. Anak kambing yang baru lahir, harus segera dibersihkan dan dikeringkan dengan lap bersih. Hidung dan mulutnya segera dibersihkan dari lendir dan selaput-selaput. Tali pusar dipotong sepanjang 5 cm dan luka potong diolesi yodium tinctur. Pemotongan pusar dianjurkan menggunakan gunting yang steril.
    9. Agar anak kambing yang baru dilahirkan akan segera berdiri, maka sebaiknya dimasukkan dalam box yang diberi alas jerami kering atau karung bekas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Anak kambing untuk sementara dipisahkan dari induknya dan baru didekatkan pada induknya bila sudah sanggup berdiri dan akan menyusu pada induknya.
    10. Sebelum anak kambing menyusu pada induknya, sebaiknya bagian belakang (pelvis) dan ambing induk dibersihkan dengan air hangat yang dicampur desinfektan.
    11. Anak kambing bersama induknya dipelihara pada kandang yang khusus; alas lantai harus selalu diganti setiap hari. Anak kambing dapat disapih atau dihentikan menyusu pada induknya pada usia 3 bulan.

  3. Induk kambing setelah melahirkan
  4. Induk kambing setelah melahirkan anak biasanya kondisi tubuhnya sangat lemah. Maka perlu perawatan khusus dan diberi makanan serta air minum yang cukup.

  5. Pemeliharaan anak kambing
  6. Cempe yang sudah dilahirkan, untuk kondisi cempe yang normal, akan dapat berdiri setelah sekitar 30 menit dilahirkan. Apabila sudah sanggup berdiri, bisa langsung dibawa ke induknya untuk memperoleh susu pertama (colustrum). Jika cempe sulit mencari puting induknya dapat dibantu.

    Colustrum biasanya dikeluarkan oleh induk kambing mulai induk melahirkan dan berlangsung selama satu minggu. Colustrum sangat penting artinya bagi cempe, karena mengandung banyak protein daripada air susu biasa dan sangat esensial untuk mengawali pertumbuhan cempe. Selain itu colustrum mengandung antibodi yang dapat mencegah adanya infeksi dan bekerj a sebagai laxantia yang membantu pencernaan dan mengeluarkan muconium (tahi gagak).

    Selama cempe masih berada di dalam kandungan induk kambing, di dalam ususnya tertimbun kotoran yang berwarna hitam, yaitu yang disebut muconium. Muconium ini merupakan tempat yang subur bagi perkembangan bermacam-macam bakteri. Pada umumnya kotoran hitam (muconium) dikeluarkan selang 2 jam setelah cempe untuk pertama kalinya menyusu pada induknya.

    Meskipun cempe bersama induknya cukup terjaga, pengawasan terhadap kesehatan cempe juga perlu diperhatikan sebab cempe sangat peka terhadap infeksi. Infeksi atau penyakit dapat dicegah dengan perawatan yang baik dan makanan yang terseleksi.

    Penyakit mencret (diare) biasanya terjadi pada cempe usia 2-3 minggu. Sumber penyakit tersebut dapat melalui tali pusar atau mulut. Infeksi tersebut berupa gangguan pencernaan yang akhirnya menimbulkan mencret dari yang biasa sampai yang berdarah. Penyebab penyakit ini adalah infeksi dari protozoa, cacing dan kuman. Jika tidak disebabkan oleh infeksi dari protozoa, cacing atau kuman, mencret bisa disebabkan oleh:
    • makan hijauan pakan yang berkelebihan
    • air susu induk terlalu tinggi kadar lemaknya
    • ambing/puting susu yang kotor
    • pemberian makanan yang tidak teratur
    • akibat perubahan iklim
    Cempe mencapai usia 3 bulan, sebaiknya sudah disapih atau dipisah dan tidak menyusu lagi pada induknya. Dengan demikian induk kambing dapat dipersiapkan lagi untuk dikawinkan, apabila kesehatan induk telah pulih sediakala.

    Penyapihan cempe dapat diawali pada usia 2,5 bulan, dengan cara sehari disusukan induknya dan sehari diliburkan. Selanjutnya sehari menyusu, dua hari diliburkan, dan seterusnya. Dengan cara demikian tepat mencapai usia 3 bulan, cempe sudah tidak lagi menyusu dan dipisah dari induk dan dikandangkan bersama kelompoknya.

Pemeliharaan Anak Kambing Pasca Sapih

Setelah anak kambing mencapai usia 3-6 bulan memerlukan tatalaksana pemeliharaan anak kambing pasca sapih. Caranya adalah dengan memberikan sedikit demi sedikit hijauan pakan kualitas baik. Pemberian rumput jangan lebih dari 4 kg, dan diberikan secara bertahap. Makanan penguat diberikan dalam bentuk bubur atau yang dicampur air panas, dalam jumlah tidak lebih dari 0,20 kg dan diberikan sekali dalam sehari.

Bila ada anak kambing pasca sapih lebih dan seekor, sebaiknya dipelihara dalam kandang tersendiri, yakni kandang khusus untuk anak kambing usia pasca sapih sampai usia 6 bulan. Hal ini akan memudahkan pengelolaan dan pengawasan kesehatan anak kambing pasca sapih.

Pemeliharaan Kambing Muda

Mulai usia 6-15 bulan, kambing sudah digolongkan kambing muda yang memerlukan pemeliharaan tersendiri pula. Kambing muda kelamin jantan dan betina harus sudah dipisahkan dalam kandang kelompoknya masing-masing.

Agar dapat melatih otot-otot tubuh, kambing muda jangan dikandangkan terus-menerus. Seminggu sekali atau dua kali sebaiknya kambing-kambing tersebut dikeluarkan untuk belajar merumput sendiri di pandang penggembalaan.

Selama kambing muda tidak dikeluarkan atau berada dalam kandang, pemberian rumput atau hijauan pakan tidak lebih dan 5 kg/ekor dan makanan penguat 0,25 kg/ekor.

Untuk kambing muda jantan yang di kandangkan terpisah, sudah mulai dapat disiapkan untuk calon pemacak. Maka dalam hal ini, seleksi calon pemacak sudah dapat dilakukan.

Pilih calon pemacak yang memiliki pertumbuhan tubuh paling baik dalam kelompoknya, mempunyai dada yang lebar dan dalam, badan panjang, perdagingan baik, punggung lurus dan merata, serta kaki-kakinya kuat. Sifat kejantanan terlihat nyata pada bentuk kepada dan bagian-bagiannya. Alat kelamin harus tumbuh normal dengan scrontum (kantong buah zakar) yang besar dan simetris. Nafsu kejantanan dapat dicoba bila didekatkan dengan kambing betina.

Untuk kambing calon induk yang diharapkan jadi induk yang produktif, sebaiknya dipilih dari kambing muda kelamin betina yang memiliki pertumbuhan paling baik, kondisi tubuh baik, aktif dan kuat. Tatalaksana pemeliharaan yang baik sangat mendukung seleksi calon pemacak maupun calon induk yang baik.

Untuk kambing jantan, sebenarnya mulai usia 8 bulan sudah dapat dijadikan kambing pemacak. Namun agar tidak terlalu muda, kambing pemacak sebaiknya mulai digunakan sesudah mencapai usia 12 bulan. Sedangkan untuk kambing betina mulai dikawinkan pada usia di atas 15 bulan. Dengan demikian ia akan melahirkan anak untuk pertama kalinya setelah mencapai usia di atas 20 bulan.

Pemeliharaan Kambing Betina Dewasa

Pemeliharaan kambing betina dewasa dimulai dari usia 16 bulan dan seterusnya. Kambing betina dewasa sudah digolongkan induk yang sudah dapat dikawinkan untuk pertama kalinya dan selanjutnya dapat berguna untuk pengembangbiakan.

Agar dapat dijadikan induk yang baik, kambing betina dewasa harus sering dikeluarkan untuk merumput sendiri. Dengan merumput sendiri selain akan lebih ekonomis, kambing juga dapat memilih makanan yang disukainya daripada dipelihara di dalam kandang terus-menerus.

Perawatan calon induk kambing juga perlu memperoleh prioritas khusus, termasuk mencukupi pemberian makanan hijauan pakan tidak lebih dari 8 kg/ekor dan makanan penguat 0,25 kg/ekor. Kekurangan makanan, pemeliharaan dan perawatan dapat mengakibatkan permasalahan seperti:
  • Kambing sulit menjadi bunting bila dikawinkan.
  • Sering terjadi kesulitan dalam melahirkan anak yang pertama kalinya.
  • Anak yang dilahirkan kecil dan lemah.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan kambing betina dewasa adalah:

  1. Pemeliharaan tubuh kambing
  2. Kambing perlu mendapatkan perawatan tubuh secara berkala, sebab setiap saat tubuhnya dapat menjadi kotor karena daki atau faeces kambing itu sendiri.
    • Daki
      Kulit kambing terdiri dari tiga lapisan. Lapisan paling atas adalah lapisan mati. Dari kulit tersebut dikeluarkan keringat. Sesudah keringat diuapkan, maka bagian organis dan anorganis pada kulit atau lapisan mati itu tercampur dengan debu yang membentuk daki.
    • Faeces kambing
      Setiap saat kambing membuang kotoran dan berbaring di lantai kandang atau tempat merumput. Maka sebagian tubuh akan terkena kotoran dan melekat pada kulit dan bulu, apalagi bagi kambing yang bulunya lebat.

      Kotoran kambing sendiri atau yang berasal dari keringat dan debu yang membentuk daki akan sangat mengganggu kesehatan ternak kambing, sebab hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan, seperti:
      • Lubang keringat tertutup, sehingga keringat tidak dapat keluar. Peristiwa ini akan mengakibatkan pengaturan nafas di dalam tubuh dan peredaran darah terganggu.
      • Mengandung berbagai bakteri dan parasit yang dapat menyebabkan perasaan gatal-gatal dan tidak tenang.
      Perawatan kulit yang dapat dilakukan untuk kambing dewasa adalah:
      • Secara berkala memandikan dan menyikat kulit dan bulu. Pada saat kambing dimandikan, sebaiknya sekaligus disikat kulit dan bulunya agar kotoran dapat hilang.
      • Bulu-bulu yang menggumpal perlu dipotong untuk menghindari melekatnya kotoran.
      Tujuan utama pemeliharaan badan bagi kambing dewasa adalah:
      • Untuk menjaga kesehatan kambing, sebab kebersihan kulit dan bulu mengurangi kemungkinan bakteri dan parasit menginfeksi. Demikian pula pengaturan temperatur dan peredaran darah tidak terganggu.
      • Untuk kambing yang diharapkan produksi air susunya, produktivitasnya akan stabil karena kelenjar susu yang termasuk dalam golongan kelenjar kulit tidak terganggu. Sekaligus untuk menghindari pengotoran susu dari bulu-bulu yang rontok.

  3. Pemeliharaan kuku pada kambing
  4. Kuku kambing yang tidak terpelihara akan sangat mengganggu karena dapat mengakibatkan:
    • Kedudukan tulang tracak menjadi salah yang akan menimbulkan titik berat badan kambing jatuh pada tracak bagian belakang.
    • Bentuk punggungnya seperti busur.
    • Mudah terjangkit penyakit kuku.
    • Kambing jadi pincang.
    Pemeliharaan kuku perlu memperoleh perhatian petani peternak kambing, terutama untuk kambing yang dipelihara dalam kandang terus-menerus sepanjang hari. Hal ini berbeda dengan kambing yang biasa digembalakan atau sehari-hari merumput sendiri.

    Bagi kambing yang dipelihara dalam kandang terus-menerus, kuku dengan lantai kandang hanya sedikit sekali bergesek. Keadaan demikian akan menimbulkan kedudukan kuku atau posisi kaki yang salah. Kuku kambing akan tumbuh terus dan pada akhirnya menjadi panjang. Perubahan kedudukan kuku yang salah mengakibatkan tergesernya bidang dasar tracak. Dengan demikian titik berat badan jatuh pada kuku bagian belakang yang lunak. Keadaan semacam itu akan mempengaruhi bentuk tubuh kambing seperti: punggung melengkung seperti busur. Disamping itu, kuku yang lunak mudah sakit sehingga kambing menjadi pincang.

    Untuk menjaga kedudukan kuku yang serasi, maka setiap 4 bulan sekali kuku tersebut perlu dipotong, terutama kuku kaki belakang. Kuku kaki depan umumnya lebih keras daripada kuku kaki belakang karena selalu basah kena air kencing dan kotoran. Tetapi baik kuku belakang maupun kuku kaki depan pertumbuhannya akan sama saja, maka keduanya perlu dilakukan pemotongan. Pemotongan harus dilakukan dengan alat khusus atau pisau pemotong kuku. Maksud pemotongan kuku ternak kambing adalah untuk mengembalikan kuku pada bentuk yang normal.

    Kuku kaki kambing yang dipotong adalah bagian lapisan tanduk pada telapak kaki sampai menjadi rata atau menjadi sedikit cekung. Dengan cara demikian berat badan kambing terbagi rata pada keempat kakinya.
    • Cara melakukan pemotongan kuku kambing
      Pemotongan kuku dapat dilakukan dengan cara merebahkan kambing terlebih dahulu ataupun tanpa merebahkan. Pemotongan kuku tanpa merebahkan kambing biasanya hasilnya kurang memuaskan sebab tidak semua bagian kuku yang hendak dipotong dapat dilakukan dan lebih sulit mengerjakan jika kurang terampil.
    • Cara merebahkan kambing
      Ada beberapa cara merebahkan kambing untuk melakukan pemotongan kuku, tetapi yang paling mudah dikerjakan adalah:
      • Siapkan tali plastik panjang 6 m.
      • Ikatkan salah satu ujung tali pada leher; ikatan cukup kendor saja.
      • Kemudian tali itu dililitkan di belakang bahu dan lilitan kedua di depan tulang punggung.
      • Kambing direbahkan, kemudian kaki-kakinya diikat.
      • Dengan menggunakan pisau pemotong kuku, pertama kali yang dipotong adalah kuku bagian bawah, selanjutnya kuku bagian luar atau tepi kuku sehingga rata dengan kuku bagian bawah yang sudah dipotong lebih dahulu. Bersama pemotongan kuku, dianjurkan juga celah kuku dibersihkan.

  5. Mengawinkan kambing betina
  6. Kambing betina yang berusia lebih dari 15 bulan sudah digolongkan cukup dewasa dan dapat dikawinkan untuk pertama kalinya. Hal-hal yang perlu diketahui oleh petani peternak kambing yang akan mengawinkan kambingnya antara lain adalah:
    • Birahi kambing betina dewasa berlangsung sekitar 24-48 jam.
    • Birahi akan timbul pada kambing betina setiap selang 18-21 hari, bila kambing tidak bunting.
    • Lama kebuntingan kambing betina dewasa adalah 150-154 hari.
    • Setelah melahirkan anak, akan timbul birahi setelah 2-3 bulan melahirkan atau sesudah anaknya disapih.

  7. Perawatan kambing bunting
  8. Perawatan yang perlu dilakukan untuk kambing dewasa sedang bunting adalah:
    • Makanan perlu diperhatikan, yakni takaran untuk hijauan pakan adalah 8 kg/ekor dan makanan penguat 0,40 kg/ekor per hari.
    • Keadaan fisik kambing bunting akan sangat mempengaruhi produksi air susu selama laktasi mendatang, terutama untuk kambing perah. Kambing yang sakit atau pemberian makanan dan perawatan yang kurang baik selama bunting akan sangat mempengaruhi produksi susu.
    • Kambing yang sedang bunting tua perlu dilepas di lapangan penggembalaan untuk merumput sendiri. Dengan cara demikian kambing dapat berolah raga dan sanggup menjamin kesehatan tubuh, serta memperlancar foetus pada saat melahirkan.
    • Usahakan kambing yang sedang bunting terhindar dari benturan apa pun atau terseruduk oleh kambing yang berkelahi.
    • Kurang lebih 30 hari sebelum kambing akan melahirkan, khususnya untuk kambing perah, pemerahan harus dihentikan. Hal ini dimaksudkan agar kambing dapat beristirahat sehingga produksi susunya tetap tinggi.
    • Menjelang induk kambing beranak perlu diberi makanan yang cukup dan tambahan makanan penguat yang baik kualitasnya. Hal ini berguna untuk membantu pembentukan ambing, terutama pada kambing yang baru pertama kali beranak. Selain itu membantu pembentukan Colustrum yang sangat esensial bagi anak kambing yang baru dilahirkan.

  9. Gerak badan kambing
  10. Gerak badan bagi kambing yang sedang bunting sangat penting, terutama olah raga di lapangan penggembalaan yang berudara segar, apalagi untuk kambing yang bunting tua. Keuntungan kambing bunting dibiasakan gerak badan adalah:
    • Otot-otot daging memperoleh latihan sehingga memperlancar peredaran darah.
    • Menjaga kesehatan, bentuk dan posisi kambing agar tetap baik.
    Gerak badan kambing dapat dilakukan dengan melepas kambing di lapangan rumput selama 1-2 jam, agar kambing dapat bergerak leluasa dan mendapat sinar matahari.

  11. Pemeliharaan kambing sedang kering
  12. Khususnya untuk ternak kambing perah memerlukan masa kering sekitar 6-8 minggu. Tujuannya adalah:
    • Mengembalikan kondisi tubuh kambing atau memberi istirahat agar produksi yang akan datang baik.
    • Mengisi kembali kebutuhan vitamin-vitamin dan mineral setelah mengalami laktasi berat, sehingga kambing tetap sehat.
    • Menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandungan.
    Di dalam persiapan laktasi mendatang yang penting diperhatikan adalah menjaga kualitas makanan tetap baik, terutama 2-3 bulan terakhir masa kering.

Pemeliharaan Kambing Jantan Dewasa

Kambing jantan mulai usia 8 bulan sudah digolongkan dewasa kelamin. Karena itu harus dikandangkan secara terpisah dari kandang kelompok betina, sebab kambing jantan usia 8 bulan sudah mulai tampak aktivitas birahinya.

Latihan bagi kambing jantan perlu dilakukan, agar kambing menjadi lebih jinak dan mudah untuk dikuasai serta dirawat. Cara melatih kambing jantan hanya dengan cara dipegang-pegang setiap hari, agar lebih mengenal dan terbiasa dengan yang memelihara. Setelah mengenal lebih akrab, kambing jantan bisa mulai dibiasakan dengan menggunakan tali leher. Apabila dipegang tali di lehernya sudah tidak berontak, kambing tersebut dapat dilatih dengan menuntun ke luar kandang. Dengan cara demikian kambing jantan akan menjadi terbiasa jika dituntun orang lain selain pemeliharanya.

Batas usia kambing jantan sebagai kambing pemacak untuk mengawini kambing betina dewasa bisa mulai pada usia 8 bulan dan sudah bisa dipergunakan 1 kali seminggu. Pada usia 12 bulan dapat dipergunakan sebagai pemacak 2 kali setiap minggu dan pada usia 15 bulan 3 kali seminggu. Pada umur di atas 20 bulan dapat dipergunakan sebagai pemacak 4 kali seminggu, tetapi setelah diistirahatkan 2 minggu untuk mengembalikan vitalitasnya.

Pemberian makanan yang berkualitas, termasuk makanan penguat, sangat penting untuk mendukung vitalitas kambing pemacak. Pemberian hijauan pakan tidak kurang dari 10 kg/ekor dan makanan penguat 0,50 kg/ekor per hari.

Pemeliharaan dan perawatannya tidak berbeda dengan pemeliharaan kambing betina dewasa, seperti: pemeliharaan badan, pemeliharaan kuku, gerak badan. Dengan pemeliharaan dan perawatan secara teratur kondisi tubuh kambing pemacak akan tetap sehat dan siap dipergunakan sebagai kambing pemacak yang baik serta efisien.
read more...

USAHA TERNAK SAPI – BUDIDAYA SAPI

Tingginya permintaan konsumen terhadap daging sapi membuka peluang yang cukup besar bagi usaha ternak sapi di Indonesia. Secara kultural, usaha ternak sapi, terutama yang dilakukan secara tradisional, bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Selain karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani, Indonesia juga menjadi negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha ternak sapi tersebut. Mengingat di negara kita memiliki iklim dan cuaca yang cocok untuk peternakan sapi.

PENGEMBANGBIAKAN SAPI TERNAK

Sistem penggemukan ternak sapi di negara kita pada umumnya masih bertujuan ganda. Sebab di negara kita belum begitu banyak pengusaha yang secara khusus memproduksi anak sapi calon penggemukan. Hal ini berbeda dengan negara-negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia. Di sana baik usaha penggemukan ataupun untuk memproduksi anak sapi calon penggemukan merupakan usaha tersendiri, secara terpisah, seperti halnya usaha ternak ayam ras di Indonesia. Dengan demikian, di negara-negara maju hanya dikenal istilah Cattle feeder dan Feeder cattle.

a. Cattle feeder
Yakni peternak yang khusus melakukan usaha penggemukan. Di sini para peternak tidak memproduksi anak sapi ataupun calon-calon sapi pengganti yang akan digemukkan. Semua sapi yang digemukkan dibeli dari peternak yang memang secara khusus memproduksi anak-anak sapi calon penggemukan (feeder cattle).

b. Feeder cattle
Yakni pengusaha ternak sapi yang secara khusus memproduksi anak-anak sapi calon penggemukan. Di sini pengusaha tidak membesarkan atau menggemukkan anak-anak sapi yang diproduksi sendiri, tetapi mereka sengaja mempersiapkan anak-anak sapi tersebut untuk dijual.

Hal ini berbeda dengan para pengusaha ternak sapi potong di Indonesia, di negara kita pada umumnya para peternak sapi potong masih banyak yang memproduksi anak sapi yang kemudian dipiara dan dibesarkan sampai siap untuk dijual. Walaupun di antara mereka juga masih banyak yang membeli sapi-sapi calon penggemukan (bakalan), namun calon-calon atau "bakalan" tadi bukanlah berasal dari pengusaha yang secara khusus mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan. Memang di beberapa daerah di Indonesia telah ada peternak yang sengaja mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan mirip dengan usaha feeder cattle. Praktik-praktik semacam ini bisa dijumpai di Madura. Di Madura sapi-sapi yang telah berumur I tahun dipersiapkan untuk dipasarkan di Jawa Timur.

Karena masyarakat peternak sapi di negara kita di samping berusaha membesarkan dan menggemukkan juga memproduksi calon-calon penggemukan, maka setiap peternak harus tahu pula cara-cara pengembangbiakan yang benar. Yang dimaksud dengan pengembangbiakan ialah mengusahakan ternak agar bisa diperoleh suatu keturunan yang lebih banyak. Pengembangbiakan yang dilakukan oleh para peternak yang sudah maju bukan sekedar memperbanyak sapi-sapi dari jumlah kecil menjadi berlipat ganda, tetapi dalam rangka pengembangbiakan ini sekaligus memuliakan ternak. Oleh sebab itu para peternak harus bisa memilih bibit-bibit sapi potong, baik calon pejantan ataupun induk yang benar-benar memenuhi persyaratan. Sehubungan dengan pengembangbiakan ini akan dijelaskan tentang: 1 ) saat dewasa kelamin dan dewasa tubuh; 2) saat perkawinan pertama; 3) tanda-tanda birahi; 4) perkawinan yang tepat pada saat birahi; 5 ) kebuntingan dan perkawinan kembali.


DEWASA KELAMIN DAN DEWASA TUBUH PADA SAPI TERNAK

Yang dimaksud dengan dewasa kelamin ialah periode kehidupan sapi jantan atau betina di mana proses reproduksi mulai berfungsi. Seperti halnya hewan ternak lainnya, kedewasaan kelamin sapi pun dicapai sebelum kedewasaan tubuh. Oleh karena itu pada saat pertama kali sapi itu menunjukkan gejala birahi, berarti sapi yang bersangkutan mulai dewasa kelamin.

Pada setiap jenis sapi akan mengalami kedewasaan kelamin pertama yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, seperti mutu makanan, iklim setempat, keturunan dan tatalaksana. Namun pada umumnya sapi-sapi tropis akan mencapai kedewasaan kelamin pada umur 1,5 - 2 tahun, seperti yang dialami oleh sapi-sapi Indonesia (Bos Sondaicus) dan sapi-sapi Zebu (Bos lndicus). Sedangkan sapi-sapi potong yang berasal dari daerah subtropis akan mencapai kedewasaan kelamin lebih awal daripada sapi-sapi tropis. Bangsa-bangsa sapi subtropis akan mencapai kedewasaan kelamin pada umur 8 —12 bulan. Sedangkan kedewasaan tubuh baru dicapai pada umur 15 — 20 bulan, dan untuk sapi tropis kedewasaan tubuh pada umur 2 — 2,5 tahun.

PERKAWINAN PERTAMA PADA SAPI TERNAK

Antara kedewasaan kelamin dan kedewasaan tubuh tidak akan berangsung secara bersamaan, sebelum kedewasaan tubuh tercapai selalu didahului dengan kedewasaan kelamin terlebih dahulu. Oleh karena itu pada saat mengalami birahi yang pertama sapi belum bisa dikawinkan. tetapi harus menunggu sampai mencapai kedewasaan tubuh.

Sebagai pedoman untuk sapi dari daerah subtropis bisa dikawinkan yang pertama kali pada umur 1,5 — 2 tahun, dan sapi-sapi Indonesia pada umur 2 — 2,5 tahun. Sebab pada saat itu kedewasaan tubuh sudah tercapai, sehingga pada waktu terjadi kebuntingan tidak akan mengganggu induk yang bersangkutan. Sebab apabila sapi dikawinkan terlalu awal akan merugikan induk ataupun anak yang dilahirkan.

Berikut ini merupakan kelemahan dari perkawinan sapi yang terlalu awal:
  • Induk tak akan bisa mengalami pertumbuhan tubuh yang sempurna, sebab kebutuhan zat-zat yang semestinya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh juga diperlukan untuk pertumbuhan anak dalam kandungan.
  • Induk sering mengalami kesulitan untuk melahirkan karena tulang pinggul belum berkembang sempurna atau masih sempit.
  • Anak yang dilahirkan sering kurang sehat. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan induk yang kurang sempurna sehingga mempengaruhi produksi air susunya. Produksi susu relatif sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup anak yang dilahirkan sampai dengan disapih tidak mencukupi.
Akan tetapi menunda perkawinan terlampau lama pun tidak baik, sebab ada kemungkinan terjadinya penimbunan lemak di sekeliling ovarium dan oviduct sehingga mengganggu proses pembentukan telur dan ovulasi. Di samping itu, ditinjau dari segi ekonomis, penundaan perkawinan terlalu lama juga sangat merugikan. Oleh karena itu, para peternak sapi harus mengetahui batas-batas umur sapi yang paling baik untuk dikawinkan.

a. Batas-batas Umur Sapi Ternak Untuk Dikawinkan

Sapi ternak dari daerah subtropis mulai dewasa kelamin pada umur 8-18 bulan dan mencapai dewasa tubuh pada umur 15 — 20 bulan. Sedangkan untuk jenis-jenis sapi ternak dari daerah tropis mulai dewasa kelamin pada umur 1 — 2 tahun dan mencapai dewasa tubuh pada umur 2 — 2,5 tahun. Berdasarkan kedewasaan kelamin dan kedewasaan tubuh inilah maka sapi ternak dapat dikawinkan secara tepat, yakni:
  • Untuk sapi ternak dari daerah subtropis perkawinan pertama kali yang paling baik adalah pada umur 1,5 — 2 tahun.
  • Untuk sapi ternak dari daerah tropis perkawinan pertama kali yang paling baik adalah pada umur 2 — 2,5 tahun.
  • Perkawinan yang paling baik untuk dijadikan calon bibit adalah pada umur 6 — 9 tahun, dan Batas tertinggi perkawinan untuk calon bibit adalah pada umur 12 tahun.
Namun, sampai saat ini masih banyak para pelaku usaha ternak sapi yang menjual atau membeli sapi tanpa data umur yang jelas (otentik), sebab banyak peternak yang tidak membuat catatan kapan sapi-sapi tersebut dilahirkan. Untuk mengetahui umur sapi, di samping melalui catatan kelahiran yang ada, dapat juga diketahui melalui gigi-giginya.

b. Mengetahui Umur Sapi Melalui Giginya

Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri sapi hanya terdapat di rahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah tumbuh. Dan pada umur tertentu gigi tersebut secara bertahap akan tanggal sepasang demi sepasang, berganti dengan gigi seri baru. Gigi seri yang pertama atau gigi yang sudah tumbuh semenjak sapi lahir ini disebut gigi susu, sedangkan gigi seri baru yang menggantikan gigi susu tadi disebut gigi tetap. Dengan demikian pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi 3 fase, yakni:
  • Fase gigi susu, yaitu gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti dengan gigi yang baru.
  • Fase pergantian gigi, yaitu fase dari awal pergantian sampai selesai (rampas).
  • Fase keausan, yaitu fase gigi tetap yang mengalami keausan.

Proses pergantian gigi sapi

Pada awalnya 2 buah gigi dalam (Gd) lepas, kemudian disusul 2 buah gigi tengah dalam (Gtd), gigi tengah luar (Gtl), yang terakhir adalah gigi luar (Gl). Lebih jelasnya perhatikanlah gambar berikut ini:

TANDA-TANDA BIRAHI PADA SAPI TERNAK

Sapi betina hanya bisa melayani atau menerima pejantan pada waktu-waktu tertentu. Sebab organ reproduksi betina bekerja secara teratur, sel telur diproduksi 3 minggu sekali karena pengaruh kerja hormoon. Akibat dari kerja hormoon itu, maka perilaku sapi yang bersangkutan akan berubah. Itulah yang disebut tanda-tanda birahi.

Sapi yang sedang birahi akan menunjukkan perilaku atau tanda-tanda sebagai berikut:
  • Sapi menjadi lebih peka atau mudah terangsang.
  • Sapi dalam keadaan gelisah, dan apabila sapi tersebut diikat selalu berusaha melepaskan diri.
  • Di dalam keadaan lepas, sapi berusaha mencari kontak atau mendekati pejantan.
  • Mencoba menaiki sesama kawan yang berdekatan.
  • Jika betina tadi dinaiki kawannya akan berdiam diri, atau membiarkan dinaiki teman.
  • Sering melenguh-lenguh, ekor agak terangkat ke atas.
  • Vulva nampak merah, membengkak dan hangat (apabila diraba). Atau di dalam Bahasa Jawa populer disebut dengan istilah 3A (Abang, Abuh, Anget).
  • Dari vulva sering keluar lendir.
Periode birahi pertama sampai dengan birahi berikutnya disebut siklus birahi. Siklus birahi sapi berlangsung secara teratur pada setiap 3 minggu sekali. Meskipun sedang birahi, sapi tersebut kadang-kadang sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda birahi. Hal ini mempersulit pengamatan para peternak. Peristiwa semacam ini disebut birahi tenang (silent heat).

Di muka telah dijelaskan bahwa kerja alat reproduksi sapi betina berjalan secara teratur, karena ada hormon yang mengatur. Kerja hormon ini akan berhenti pada saat sapi sedang bunting. Itulah sebabnya sapi betina tidak bisa dikawinkan pada setiap saat, tetapi harus menunggu sampai sapi itu birahi. Hal ini berbeda dengan sapi jantan. Sperma sapi jantan yang sudah dewasa kelamin bisa diproduksi terus-menerus sepanjang waktu sehingga pejantan selalu siap untuk dipakai atau untuk memacek pada setiap saat.

PERKAWINAN YANG TEPAT PADA WAKTU BIRAHI PADA SAPI TERNAK

Perkawinan yang tepat pada waktu birahi adalah pada pertengahan birahi, yakni 9 jam sesudah gejala-gejala birahi itu nampak sampai dengan 6 jam sesudah birahi itu berakhir. Atau lebih praktisnya bisa dilakukan sebagai berikut:
  • Jika birahi nampak pada pagi hari, maka sore hari dikawinkan.
  • Jika birahi nampak pada sore hari, maka pagi hari berikutnya dikawinkan.
Pedoman tersebut di atas cukup beralasan, sebab pembuahan akan terjadi pada tingkat kesuburan yang optimum, yakni 9 jam sesudah gejala birahi nampak sampai dengan 6 jam sesudah birahi berakhir.

Sel telur tak akan bisa dibuahi bila perkawinan terlambat, misalnya 10 —12 jam sesudah birahi selesai. Hal ini ada kaitan yang erat dengan proses terjadinya ovulasi (terlepasnya sel telur) dan hidup sperma yang masuk ke dalam alat reproduksi betina. Hidup sperma di dalam alat reproduksi berlangsung 24 — 30 jam. Dalam hal ini perlu diingat bahwa sapi mengalami birahi rata-rata berlangsung 18 jam, sedangkan ovulasi terjadi 10 — 12 jam sesudah birahi berakhir.

Sapi ternak induk sehabis melahirkan bisa dikawinkan kembali sesudah 60 — 90 hari. Walaupun kurang lebih 6 minggu sesudah beranak sapi tersebut sudah mulai birahi kembali, namun perlu menunggu saat yang baik. Saat yang baik ialah apabila alat reproduksi yang robek akibat melahirkan sudah sembuh. Dua sampai tiga bulan sesudah melahirkan alat reproduksi biasanya sudah sembuh kembali.

KEBUNTINGAN DAN PERKAWINAN KEMBALI SESUDAH SAPI TERNAK MELAHIRKAN

Sesudah terjadi pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang terjadi setiap 21 hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda awal suatu kebuntingan pada sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa sapi yang bersangkutan sedang bunting.

Tanda-tanda kebuntingan pada sapi ternak:

  • Birahi berikutnya tidak niuncul lagi.
  • Adanya perubahan tingkah laku, seperti:
    • Menjadi lebih tenang, tak suka mendekat pejantan.
    • Nafsu makan meningkat.
    • Sering menjilat-jilat batu bata, tembok, genteng dan lain sebagai nya.
  • Pada pertengahan kebuntingan perut sebelah kanan nampak besar.
Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari. Lama kebuntingan sapi sangat bervariasi. Jika anak sapi tersebut jantan, biasanya sering kali lebih lama di dalam kandungan dibanding jika anak sapi betina. Untuk sapi yang baru pertama kali bunting, biasanya waktu bunting lebih singkat daripada sapi induk yang sudah berulang kali bunting. Selain itu, jika sapi bunting anak kembar, pada umumnya masa bunting lebih singkat.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN DALAM USAHA TERNAK SAPI

Pemeliharaan/perawatan sapi harus dilakukan sejak dini, yakni sejak sapi masih pedet (umur 0 — 9 bulan) sampai dewasa atau siap dijual. Pemeliharaan/perawatan yang dilakukan sejak dini secara baik kecuali menunjang kesehatan sapi juga menunjang pertumbuhan dan mutu dagingnya.

PEMELIHARAAN ALAMIAH DAN BUATAN DALAM USAHA TERNAK SAPI

a. Pemeliharaan pedet secara alamiah pada usaha ternak sapi

Pemeliharaan alamiah dalam usaha ternak sapi adalah pemeliharaan dengan cara membiarkan pedet bersama-sama induknya, menyusu induk sekehendak pedet, tanpa ada pembatasan. Pedet bersama induk sampai dengan disapih, yakni pada saat pedet tersebut berumur 6 — 9 bulan. Pada saat itu induk dan pedet selalu bersama-sama, baik pada waktu di dalam kandang ataupun di lapangan penggembalaan. Dengan pemeliharaan alamiah ini biasanya pedet tumbuh Iebih kuat dan cepat daripada dengan cara lain. Kadang-kadang satu ekor induk bisa mengasuh 1 — 2 ekor pedet, termasuk pedet dari anaknya sendiri. Hal ini sangat tergantung produksi susunya, bisa mencukupi atau tidak.

b. Pemeliharaan buatan pada usaha ternak sapi

Pemeliharaan buatan dalam usaha ternak sapi adalah cara pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak, termasuk pemberian susu whole yang jumlahnya terbatas sebagai susu pengganti. Susu bisa diberikan dengan suatu alat khusus yang disebut niple-feeders.
Jadwal pemberian susu/makanan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Pedet menerima kolustrum langsung dari induk selama 3 — 4 hari.
  • Sesudah itu pedet diberi whole-milk selama 1 — 2 bulan, kemudian diganti susu skim, kurang lebih 3 minggu sebelum penyapihan.
  • Umur 3 minggu sudah dilatih untuk diberi makanan penguat dan hijauan.
  • Penyapihan yang terlalu dini kurang menguntungkan, terlebih-lebih di daerah tropis seperti Indonesia ini.
Salah satu sistem pemeliharaan yang baik dan berhasil adalah sangat tergantung dari penggunaan alat yang bersih dan ketelitian dalam penggunaan susu dalam jumlah dan suhu yang tepat. Pedet yang akan diberi susu lewat niple-feeders ataupun ember harus dilatih terlebih dulu agar pedet benar-benar menjadi terbiasa minum lewat alat tersebut.

Pedet yang dipelihara dengan cara ini, biasanya harus selalu tinggal di dalam kandang hingga berumur 6 bulan.

MENIMBANG PEDET/SAPI

Dalam usaha ternak sapi yang baik, pedet yang dipelihara harus ditimbang secara teratur agar bisa diketahui laju pertumbuhannya. Oleh karena itu penimbangan ini harus dilakukan setiap minggu sekali pada saat pedet belum disapih. Dan selanjutnya penimbangan dilakukan 1 bulan sekali sesudah pedet disapih. Frekuensi penimbangan bisa dikurangi sesudah pedet mencapai umur lebih dari 1 tahun, misalnya 3 bulan sekali.

MEMANDIKAN SAPI TERNAK

Dalam usaha ternak sapi, menjaga kebersihan sapi merupakan kegiatan yang sangat penting. Untuk menjaga kehersihan badan sapi, setiap hari sapi harus dimandikan. Jika kondisi memaksa, paling tidak satu minggu sekali sapi harus dimandikan. Sapi harus dimandikan, agar kulitnya bersih, tidak tertutup daki. Kulit sapi terdiri atas 3 lapisan, yakni lapisan teratas berupa lapisan mati. Dari kulit tadi keluarlah keringat. Sesudah keringat tadi menguap maka tinggallah bagian organik dan anorganik yang bercampur dengan sel-sel yang berasal dari lapisan mati, ditambah debu yang melekat, akhirnya menjadi daki.

Pengaruh daki terhadap sapi ternak
  • Daki dapat menutup lubang keringat, sehingga keringat tidak bisa keluar, yang mengakibatkan kesehatan ternak sapi terganggu karena pengaturan panas di dalam tubuh kurang sempurna.
  • Daki menjadi tempat yang digemari oleh berbagai macam bakteri dan parasit, sehingga menimbulkan perasaan. yang tidak enak bagi sapi yang bersangkutan, yakni gatal-gatal. Oleh karena itu sapi harus dimandikan dengan jalan menggosok-nggosok kulit dengan sikat atau bahan lain. Sesudah dimandikan janganlah menempatkan sapi tersebut di tempat yang banyak angin. Pemeliharaan kulit dengan jalan memandikan merupakan salah satu usaha untuk menjaga kesehatan sapi dari berbagai macam penyakit.

MENGHILANGKAN TANDUK SAPI TERNAK (DEHORNING)

Dehorning adalah cara untuk mematikan atau menghilangkan calon tanduk sebelum tumbuh memanjang. Dehorning ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya penandukan terhadap para peternak maupun terhadap sesama sapi yang tinggal bersama-sama dalam satu kandang dan untuk menghemat tempat. Dehorning dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, besi yang dipanaskan, ataupun dengan cara memotong tanduk dengan gergaji.

a. Dehorning dengan bahan kimia dalam usaha ternak sapi

Bahan kimia yang digunakan ialah caustic-soda baik dalam bentuk pasta ataupun batangan seperti lilin. Dehorning dengan bahan kimia hanya bisa dilakukan pada pedet yang berumur kurang dari 2 minggu, atau pada saat pedet berumur 3 — 10 hari.

Sebelum bahan kimia dioleskan, terlebih dulu bulu di sekeliling calon tanduk yang akan tumbuh dibersihkan atau digunting. Sesudah keadaan bulu itu bersih, tempat tersebut diolesi dengan vaselin agar bahan kimia (caustic-soda) tidak mengenai mata. Kemudian caustic-soda berbentuk pasta digosokkan pada dasar calon tanduk tumbuh, sampai muncul bintikbintik darah. Perlu diperhatikan bahwa dehorning dengan caustic-soda ini harus dilakukan dengan tangan terlindung (misalnya dengan sarung tangan karet), agar kulit tangan tidak terbakar.

b. Dehorning dengan besi yang dipanaskan dalam usaha ternak sapi

Alat ini dibuat dengan design khusus yang bisa dipanaskan dengan aliran listrik sehingga alat atau besi menjadi papas, tetapi tidak boleh menjadi terlampau panas ataupun kurang panas. Cara ini hanya bisa dilakukan pada pedet-pedet muda.

c. Dehorning dengan menggunakan gergaji

Cara ini sangat sederhana, akan tetapi pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati, supaya sapi tidak berontak dan stress. Cara ini hanya dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang tanduknya sudah terlanjur tumbuh panjang. Oleh karena itu pada saat melakukan penggergajian tanduk, sebelumnya sapi harus diikat terlebih dahulu supaya lebih aman bagi petugasnya.

PENGEBIRIAN (KASTRASI) DALAM USAHA TERNAK SAPI

Kastrasi bertujuan untuk meningkatkan mutu karkas dan untuk lebih menjinakkan sapi. Umur sapi sangat menentukan cara pengebirian, pada pedet atau sapi yang umurnya lanjut pengebirian akan lebih banyak membawa risiko. Ada 3 cara kastrasi, yakni:

a. Kastrasi sapi ternak dengan karet gelang

Karet gelang ini pada waktu dimasukkan ke leher scrotum direntangkan dengan menggunakan alat yang disebut elastrator. Sesudah karet gelang tersebut masuk ke leher scrotum, maka scrotum dan saluran testes akan terikat kencang. Akibatnya semua saluran dan peredaran yang terjadi di bawah ikatan karet yang menggigit leher scrotum tadi terhenti. Dan setelah 10 hari sampai 3 minggu scrotum dan testis mengering dan akhirnya lepas dengan sendirinya.

Cara ini akan sangat bagus kalau dilakukan pada pedet yang berumur beberapa hari. Dan yang perlu diperhatikan di dalam hal ini ialah bahwa:
  • Kedua testes harus bisa terikat rapat/kuat.
  • Pengikatan dengan karet gelang tersebut tidak boleh terlalu tinggi. b. Kastrasi dengan pisau

b. Kastrasi sapi ternak dengan pisau

Cara ini bisa dilakukan pada pedet berumur kurang dari 1 minggu sampai umur 4 bulan. Akan tetapi yang paling baik apabila dilakukan pada pedet yang umurnya kurang dari 1 minggu. Sebab pedet yang umurnya kurang dari 1 minggu tidak akan menimbulkan kesulitan, sedangkan yang umurnya lebih dari 3 bulan harus menggunakan patirasa (anestesi).

Cara melakukan kastrasi sapi ternak dengan pisau adalah sebagai berikut:

Sebelum kastrasi, scrotum harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air sabun ataupun desinfektan yang lain. Sesudah scrotum dalam keadaan bersih, kemudian dilakukan operasi pemotongan scrotum di bawah testis, selanjutnya kedua testis didorong keluar, dan kemudian kedua saluran penggantung testis dipotong. Sesudah pemotongan kedua testis selesai bekas operasi tadi harus segera diolesi obat merah untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi.

Kastrasi dengan menggunakan alat pisau ini sangat sederhana dan cepat, serta mudah dilakukan.

c. Kastrasi sapi ternak dengan tang-Burdizzo

Pedet dalam berbagai umur bisa dikastrasi dengan menggunakan alat ini. Akan tetapi ukuran besar kecilnya burdizzo harus disesuaikan dengan pedet yang akan dikastrasi. Dan bagi pedet yang umurnya lebih dari 3 bulan harus menggunakan anaesthetic.

Kastrasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ini akan menyebabkan aliran darah ke arah testis akan terputus, demikian pula saluran penggantung testis. Kastrasi dengan burdizzo ini tidak akan menimbulkan pendarahan, dan dalam waktu beberapa minggu testis akan mengerut kering.

Pelaksanaan kastrasi bisa dilakukan pada sapi dalam posisi berbaring ataupun berdiri. Pada pedet berumur 2 bulan ke atas biasanya dilakukan dengan posisi berbaring. Penggunaan burdizzo untuk menjepit atau memutus saluran penggantung testes dilakukan satu per satu secara bergantian, tidak boleh sekaligus secara bersama-sama.

PEMBERIAN KALING PADA USAHA TERNAK SAPI

Sapi-sapi pejantan yang dipersiapkan sebagai calon pemacek harus dikaling. Pengalingan dilakukan pada saat sapi belum mencapai umur 1 tahun. Dengan pengalingan ini dimaksudkan agar sapi mudah dikendalikan, diatur dan lain sebagainya.

PEMBERIAN TANDA PENGENAL PADA USAHA TERNAK SAPI

Para peternak sapi yang hanya memiliki beberapa ekor sapi saja kiranya tidak sulit mengenal sapi-sapinya satu per satu. Tetapi, para peternak yang memiliki sapi dalam jumlah yang banyak kiranya akan sulit mengenal sapi-sapinya satu per satu. Untuk mengatasi hal itu, setiap sapi perlu diberi tanda pengenal secara khusus.

Ada berbagai cara untuk memberi tanda pengenal pada ternak sapi, tetapi yang biasa dipergunakan adalah: ear notching, ear tattooing, ear tagging, sistem peneng, dan dengan cara membuat stempel pada tanduk atau badan.

a. Sistem kerat (ear notching)
Yakni memberi tanda pengenal dengan menggunakan silet atau pisau yang tajam untuk mengerat telinga.

Caranya adalah sebagai berikut:

Sebelum daun telinga dikerat terlebih dahulu bagian yang akan dikerat dibersihkan dengan spiritus atau alkohol. Setelah selesai pengeratan, bagian yang dikerat tersebut harus segera diberi obat merah.

b. Sistem anting (Ear tagging)
Sistem ini dilakukan dengan cara melubangi telinga agar bisa dimasuki atau ditempeli sejenis anting karet yang kuat dan bisa diberi nomor atau huruf tertentu. Huruf atau nomor yang ditempel itu biasanya menurut suatu ciri tertentu misalnya asal-usul induk/pejantan yang menurunkannya.

c. Sistem tattoo (Ear tattooing)
Sistem ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus berupa paku-paku tajam yang berbentuk huruf atau nomor, yang di dalamnya bisa diatur atau dilepas dan kemudian dipasang kembali sesuai dengan yang di kehendaki. Caranya adalah sebagai berikut: Telinga sapi yang akan diberi tanda kita tusuk dengan alat tersebut, kemudian diberi warna (tinta).

d. Sistem peneng
Sistem ini banyak dipraktikkan oleh para peternak tradisional di desa-desa. Caranya sederhana, yakni sapi diberikan kalung dari rantai besi atau bahan lain, kemudian kalung rantai tersebut diberi peneng tertentu yang satu dengan lainnya berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa diberi tanda dengan huruf, nomor ataupun berbentuk tulisan.

e. Stempel pada tanduk atau badan
Sistem ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan tulisan atau nomor pada tanduk, ataupun menggunakan besi berbentuk tulisan atau nomor tertentu yang dipanasi kemudian untuk menandai tubuh sapi pada pantat bagian atas.


MENJAGA KESEHATAN SAPI PADA USAHA TERNAK SAPI

Sapi yang digemukkan ataupun sapi kerja harus selalu dijaga kesehatannya agar jangan sampai terkena infeksi atau penyakit. Usaha menjaga kesehatan sapi tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan higiene sapi dan lingkungannya, ataupun dengan tindakan-tindakan pencegahan seperti deworning, de-ticking, vaksinasi, tatalaksana yang baik dan sebagainya.
  • Deworning, yakni usaha mengeluarkan cacing dengan bahan kimia atau obat cacing. Biasanya pengobatan cacing ini dilakukan 4 bulan sekali secara rutin, dan menggunakan dosis yang tepat seperti petunjuk dart pabrik yang bersangkutan. Obat cacing yang dapat digunakan antara lain: Piperzine, Tirabenzole Phenothizine.
  • De-ticking, yakni membebaskan kutu dari sapi ternak.
  • Vaksinasi, yakni usaha untuk menghindarkan berbagai infeksi atau penyakit menular dengan membuat kekebalan terhadap sapi ternak yang dipelihara. Vaksinasi penting yang harus dilakukan antara lain: vaksinasi Anthrax, Brucellosis, Rinderpest, dan TBC.
  • Usaha higiene, yakni tindakan pencegahan penyakit lewat kebersihan. Usaha higiene ini sangat erat kaitannya dengan tatalaksana perkandangan yang bersih, cukup air untuk membersihkan, drainase baik, ruangan cukup longgar, matahari dapat menyinari kandang, udara se-gar dengan mudah bisa masuk/keluar kandang dengan bebas, tetapi harus terhindar dart angin langsung.

KANDANG TERNAK SAPI

  • Kandang harus terpisah dengan perumahan peternak.
  • Kandang harus beratap dan berdinding rapat, supaya sapi tidak kena tiupan angin secara langsung.
  • Kandang harus cukup mendapatkan cahaya.
  • Ukuran luas kandang = 1,5 x 1,8 (2) m2/ekor.

TILAM (BEDDING) DALAM USAHA TERNAK SAPI

Tilam atau bedding adalah alas dasar lantai kandang yang berasal dari jerami ataupun sisa-sisa bahan makanan yang berasal dari hijauan. Dengan alas lantai (bedding) semacam ini, sapi bisa tidur dengan nyaman dan tenang, badan sapi tidak lekas kotor. Tilam yang sudah tidak dipakai dapat dijadikan pupuk untuk tanaman.

Fungsi tilam ialah:
  • Menjaga kebersihan tubuh hewan, sebab dengan adanya tilam ini
  • tubuh sapi tidak cepat menjadi kotor.
  • Membuat sapi bisa tidur dengan nyaman dan tenang, sebab alas tersebut empuk.
  • Menyerap air kencing, kotoran sapi.
  • Memudahkan mengumpulkan kotoran dan pengangkutan ke luar kandang.
  • Dapat menyimpan amonia yang sangat berguna bagi proses pembentukan pupuk.
Cara membuat bedding:
Jerami atau sisa-sisa makanan hijauan ditebarkan di atas lantai kandang. Dan setiap hari ditebari jerami lagi di atas tebaran yang sudah ada sehingga setiap hari tetap dalam keadaan bersih dan semakin lama semakin bertambah tebal. Penebaran jerami ini bisa dilakukan juga pada setiap 2 hari sekali. Demikian seterusnya jerami dan kotoran bercampur dengan sisa makanan yang terinjak-injak dan tertimbun menjadi satu. Tilam yang sudah tertimbun tebal bisa dibongkar setiap 1 minggu sekali.
read more...

CARA MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN (BIOETANOL) DARI BERAS

Tingginya harga bahan bakar minyak, salah satunya adalah bensin, membuat rakyat kecil semakin berat untuk menghadapi dinamika hidup sehari-hari. Berbagai penelitian telah dilakukan oleh para ahli untuk menghasilkan bahan bakar dari sumber lain sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu yang sedang mendapat perhatian serius adalah pemanfaatan sumber nabati sebagai bahan bakar. Bahan bakar nabati selain ramah lingkungan, juga merupakan sumber bahan bakar yang bisa diperbarui karena sumber bahan bakar tersebut bisa ditanam dan dikembangkan.

Salah satu pencapaian positif dari penelitian tersebut adalah pemanfaatan bioetanol sebagai sumber bahan bakar. Beberapa sumber bahan baku yang bisa digunakan untuk memproduksi bioetanol tersebut diantaranya adalah beras, ubi, jagung, dan jarak.

MEMBUAT BAHAN BAKAR BENSIN DARI BERAS
Beberapa negara di belahan dunia ini seperti Brazil, Perancis, Jerman, Swedia, Amerika Serikat, India, dan beberapa negara lainnya sudah sejak permulaan abad ke-20, menjadikan etanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Sebut saja pemilik perusahaan kendaraan kelas dunia, yang melahirkan mobil Ford, yakni Henry Ford, telah memandang etanol sebagai bahan bakar masa depan. Sayangnya, ketika harga BBM jenis petroleum jauh lebih murah, para produsen kendaraan merancang kendaraannya dengan bahan bakar tersebut, sehingga kehadiran petroleum jauh lebih dominan.

Setelah masyarakat dunia merasakan bahwa betapa dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan BBM terhadap kelestarian alam, kesehatan manusia, serta kelanggengan bumi ini, barulah mereka menyadari bahwa perlu dicarikan alternatif pengganti BBM yang tidak memiliki dampak negatif, atau setidak-tidaknya dampak negatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan BBM.

Karena faktor-faktor itulah, kemudian etanol kembali menjadi primadona masyarakat dunia, terutama para pengguna mesin otomotif. Bahkan pemakaiannya pun sudah sangat luas, misalnya saja di Brazil, Cile, bahkan Amerika Serikat sekalipun. Di negeri Samba, penggunaan etanol sudah merambah ke seluruh jenis kendaraan bermotor, bahan bakar yang dipakainya mengandung sedikitnya 20% etanol. Kondisi ini terjadi pada pertengahan tahun 1980, yakni lebih dari 90% mobil baru yang digunakan di Brazil, mesinnya dirancang untuk menggunakan bahan bakar etanol murni. Lalu bagaimanakah dengan Indonesia?

Pembuatan etanol atau yang akrab disebut alkohol, pada dasarnya sudah berlangsung ribuan tahun lalu. Masyarakat dunia sebenarnya secara tidak sadar telah memproduksi etanol melalui makanan atau minuman yang dibuatnya. Kenapa hal itu tidak disadarinya? Barangkali memang tujuan utamanya adalah produksi makanan atau minuman, walaupun memang di dalam makanan dan minuman itu sendiri mengandung etanol. Cara pembuatannya pun amatlah sederhana, yakni dengan membubuhi ragi ke dalam bahan baku yang berasal dari tanaman pangan.

Sebagai contoh, masyarakat kita sebenarnya sudah sangat akrab dengan pembuatan tape beras ketan, yang berwarna hitam maupun berwarna putih. Pembuatan tape beras ketan itu sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan pembuatan etanol, karena memang pada dasarnya di dalam tape beras ketan yang dihidangkan di hari-hari istimewa itu pun mengandung cukup banyak etanol. Sehingga proses pembuatan etanol itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat kita, sedangkan khusus untuk beras (bukan ketan), biasanya dibuat menjadi minuman berkadar etanol cukup tinggi seperti sake, minuman khas orang Jepang.

Hal serupa juga dilakukan oleh masyarakat di belahan Eropa, yakni dengan menggunakan buah anggur sebagai bahan bakunya. Dengan melalui proses fermentasi, buah anggur berubah menjadi khomar/arak/minuman keras, gandum menjadi bir. Tentu saja, pembuatan minuman atau penganan tersebut sesuai dengan adat istiadat masyarakat si pembuatnya. Bagi masyarakat Eropa, Jepang, atau Amerika, pembuatan etanol diperuntukkan bagi minuman keras seperti bir, sake, vodka, dan lain-lain, sedangkan di Indonesia pembuatan etanol diperuntukkan bagi makanan tape seperti tape ketan hitam atau tape singkong.

Perkembangan teknologi yang kini semakin maju telah menghasilkan produk lain yang semakin tinggi nilainya. Kini, hasil konversi etanol bukan hanya bersumber dari tanaman pangan melainkan juga bersumber dari bagian lain dari tanaman. Bahkan, dari etanol pun kembali dikonversi menjadi produk lain. Namun, tentu saja semakin banyaknya produk etanol, terlebih bahan bakunya bersumber dari bagian tanaman pangan, berakibat pada semakin murahnya harga etanol.

Tetapi di abad ke-20 sampai abad ke-21 saat ini, pemakaian etanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor sudah mencapai lebih dari 2/3 produksi dunia. Dengan begitu, telah memposisikan etanol sebagai bahan bakar terbesar di belahan dunia ini. Di Brazil saja pemakaian etanol untuk bahan bakar kendaraan bermotornya sudah menyentuh angka 40-45% dan di Amerika Serikat sendiri tidak kurang dari 1,2% pasaran bensin bersumber dari etanol. Artinya, pasaran bahan bakar kendaraan bermotor di Amerika Serikat berjumlah sekitar 570 juta ton. Yakni, dengan pasaran etanol pada posisi 2.000 juta ton (atau 80 kali produksi dunia sekarang).

Besarnya penggunaan etanol menjadi bahan bakar tidak lepas dari tumbuhnya kesadaran manusia terhadap dampak lingkungan. Bayangkan saja, BBM telah distempel sebagai sumber utama polusi dunia, sementara etanol (bioetanol) terbukti merupakan bahan bakar terbarui yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, biaya pembuatannya pun relatif lebih sederhana dan lebih murah, serta tidak harus berburu sampai ke lepas pantai untuk mendapatkan sumber minyaknya.

Di samping itu, kehadiran etanol mampu mengurangi beban impor BBM. Khusus untuk Indonesia, selain bisa mengatasi krisis bahan bakar rumah tangga seperti minyak tanah dan gas, juga bisa mendongkrak peningkatan jumlah tenaga kerja yang sangat luar biasa, dan sangat cocok dikembangkan di kawasan perkebunan tanaman pangan.

Sebelum kita mulai melangkah pada cara-cara pembuatan etanol, ada baiknya kita mengetahui lebih dulu beberapa proses yang harus dilalui selama pembuatan etanol berlangsung. Proses-proses tersebut adalah Gelatinasi, Fermentasi, dan Destilasi.
  1. Proses Gelatinasi
    Proses gelatinasi adalah proses pengubahan bahan baku menjadi bubur, proses pemanasan dengan 100°C, kemudian dilakukan proses pendinginan.
    Proses Gelatinasi dibutuhkan dalam pembuatan etanol dengan tujuan untuk mengubah karbohidrat menjadi gula sederhana.
  2. Proses Fermentasi
    Proses fermentasi adalah proses perubahan gula yang dilakukan oleh ragi. Dalam hal ini, ragi dari jenis Sacaromyses C (jasad renik dari keluarga vegeta) ini melakukan proses pelepasan ikatan kimia rantai karbon dari glukosa dan fruktosa. Pelepasan itu dilakukan satu demi satu, kemudian kembali dirangkai secara kimiawi menjadi molekul etanol, gas karbon dioksida, serta menghasilkan panas. Saat melakukan pekerjaannya, ragi mengeluarkan enzim yang sangat kompleks, dan mampu merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon diokasida.

    Selama proses fermentasi, ragi yang jumlahnya miliaran ini bekerja siang dan malam tanpa diperintah. Dengan pekerjaan yang begitu rapi dan teratur, gugusan karbon yang berasal dari gula dilepaskan satu demi satu dari ikatan kimianya. Uniknya, Para ragi ini bertanggung jawab, karena tidak hanya melepaskannya, tapi disusul lagi dengan merakit kembali menjadi gugusan baru etanol. Pekerjaan yang dilakukan tanpa henti itu akhirnya mengeluarkan panas (kenaikan suhu), dan panas yang timbul justru bisa mematikan ragi. Tidak hanya itu, ragi juga bisa mati karena sudah cukup banyak alkohol yang dihasilkannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi, yakni:
    • Kandungan monosakarida
    • Derajat keasaman, ideal antara 4,8 s/d 5
    • Temperatur mash tidak lebih dari 30°C (ragi menjadi tidak aktif pada temperatur di atas 30°C atau 32°C dan pada kadar alkohol 12%
    • Fermentasi berlangsung selama 1-2 hari
  3. Proses Distilasi
    Proses distilasi adalah proses pemisahan antara alkohol dengan air dan bahan padat lainnya melalui penyulingan.

Yang Perlu Diperhatikan Saat Membuat Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol

  1. Menyiapkan Ragi
    • Untuk 1.000 liter mash, dibutuhkan sebanyak 0,5 kg ragi. Kandungan total gula yang ada pada mash berkisar antara 20-22%.
    • Sebelumnya, ragi dibiakkan di dalam tangki berisi 10 liter mash selama kurang lebih 1 jam pada suhu maksimal 30°C.
  2. Kebersihan
    Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah kebersihan peralatan, karena sangat berpengaruh pada jumlah etanol yang dihasilkannya nanti. Jika peralatan yang dipakai dalam kondisi kotor, dapat dipastikan ragi dan mikro organisme liar yang berterbangan di udara bebas atau yang memang sudah lama 'bercokol' pada kotoran, merupakan penyebab utama terjadinya kontaminasi. Jelas ini sangat merugikan. Sebab, mikro organisme liar yang bernama Azetobacter akan menghasilkan vinegar, demikian juga dengan Lactobacillus family akan mengubah etanol menjadi asam laktat. Kalau sudah begitu jumlah etanol yang dihasilkannya akan jauh berkurang.

Proses Pembuatan Bahan Bakar Bensin Atau Bioetanol

Beras merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki sumber pati, yakni berupa senyawa karbohidrat yang kompleks. Karena itulah, sebelum dilakukan proses fermentasi, pati yang terkandung di dalam beras tersebut diubah terlebih dahulu menjadi glukosa, yakni karbohidrat yang lebih sederhana. Dalam proses penguraian pati tersebut diperlukan bantuan dari cendawan Aspergillus sp, yakni sejenis jamur pengurai makanan atau yang biasa disebut ragi.

Selama proses penguraian berlangsung, cendawan/ragi ini akan menghasilkan enzim yang bernama alfaamilase dan glikoamilase. Kedua enzim itu memiliki peran penting, yakni menguraikan pati menjadi glukosa atau gula sederhana. Setelah proses penguraian ini berlangsung, barulah fermentasi bisa dilakukan, sehingga menghasilkan etanol.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membuat etanol, namun pada umumnya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  1. Beras dicuci bersih.
  2. Kemudian dimasak dengan panci sampai menjadi bubur. Selanjutnya dipanaskan dengan malat. Malat adalah beras berkecambah yang mengandung enzim pengurai pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana, yang disebut maltosa.

    Maltosa memiliki rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit glukosa yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa dan satu unit fruktosa.
  3. Ragi kemudian dimasukkan ke dalam bubur, lalu biarkan hangat (sekitar 35°C) selama beberapa hari sampai proses fermentasi berlangsung sempurna. Tutup rapat dan jangan biarkan udara masuk ke dalam campuran, tujuannya untuk mencegah terjadinya oksidasi etanol menjadi asam ethanoat (asam cuka).

    Setelah kira-kira 4-5 hari, akan keluar etanol dengan kadar etanol berkisar 90%, atau disebut juga "minyak tanah BE.40".

    (Pembentukan etanol terjadi karena enzim-enzim dalam ragi mengubah karbohidrat (maltosa atau sukrosa) menjadi lebih sederhana (glukosa dan fruktosa). Kemudian mengubah karbohidrat sederhana tersebut menjadi etanol dan karbon dioksida .
  4. Karena kadar etanol 90% ini belum cukup berfungsi sebagaimana layaknya minyak tanah, maka kadar etanol perlu ditingkatkan menjadi 95%. Kadar etanol di bawah 95% mengandung (Pb).
  5. Agar etanol inl bebas dari Pb, perlu ditambahkan batu kapur (gamping).
Cara lain dari pembuatan etanol dari beras bisa mengikuti langkah-langkah berikut:
  1. Ambil beras sebanyak 25 kilogram. Semua jenis beras dapat dijadikan sebagai bahan bakunya.
  2. Kemudian bersihkan dengan air sampai cukup bersih.
  3. Beras dimasukkan ke dalam tangki/dandang besar berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter.
  4. Panaskan hingga suhu 100°C atau sampai mendidih sambil terus diaduk, hingga hancur menjadi bubur. Jika air dianggap kurang, tambah lagi airnya sampai benar-benar menjadi bubur.
  5. Kemudian masukkan bubur tadi ke dalam tangki/dandang lainnya untuk proses sakarifikasi, yakni proses penguraian pati menjadi glukosa. Diamkan sampai dingin, dan setelah dingin taburkan cendawan Aspergilus sp./ragi ke dalam bubur tadi. (Untuk kebutuhan menguraikan 100 liter bubur pati beras diperlukan sedikitnya 10-12 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur).

    Perlu diketahui bahwa tingkat konsentrasi cendawan mencapai 100 juta sel/ ml. Sebelum cendawan digunakan, sebaiknya dibenamkan terlebih dahulu ke dalam bubur yang telah dimasak, tujuannya agar adaptif dengan sifat kimia bubur. Pada tahap ini, cendawan akan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.
  6. Dua jam kemudian, bubur akan berubah menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan air dan endapan gula.
  7. Jika perubahan itu sudah berlangsung, aduk kembali pati yang sudah berubah menjadi gula tersebut.
  8. Kemudian masukkan ke dalam tangki fermentasi. (Sebelum difermentasi, larutan pati mengandung kadar gula 17-18%. Kondisi ini sangat cocok untuk hidup dan berkembangnya bakteri Saccaromyces, dan akan bekerja menguraikan gula menjadi alkohol.
    Perlu diperhatikan: Jika kadar gulanya terlalu tinggi, perlu ditambahkan air. Sebaliknya, jika kadar gulanya terlalu rendah, perlu ditambahkan gula.
    Lalu, tutup tangki/dandang tersebut hingga benar-benar rapat, agar tidak terjadi kontaminasi dan menjaga Saccaromyces agar bekerja lebih baik. Sebab, fermentasi berlangsung secara anaerob (tidak memerlukan oksigen pada suhu 28°-32°C).
  9. Setelah 3-4 hari, larutan pati tadi akan berubah menjadi 3 lapisan, yakni endapan protein pada lapisan terbawah, lapisan air pada bagian tengah, dan lapisan etanolnya di bagian teratas. Hasil fermentasi ini disebut juga bir (sake), karena telah mengandung etanol (alkohol) sebanyak 6-12%.
  10. Lakukan penyedotan larutan etanol dengan menggunakan selang plastik. Jangan lupa gunakan kertas/kain penyaring berukuran 1 mikron, untuk menyaring endapan protein.
  11. Setelah seluruh etanol dipisahkan, lakukan destilasi atau penyulingan, yakni dengan menggunakan tangki/dandang yang sudah dipasangi pipa, dimana pipa itu dialirkan ke tangki/dandang lainnya.
  12. Tujuan penyulingan ini untuk memisahkan etanol dari air, yakni dengan cara memanaskannya pada suhu 78°C atau sampai etanol mendidih. Sehingga akan terjadi penguapan pada etanol, dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.
  13. Hasil penyulingan ini menghasilkan etanol dengan kadar 95%, atau tidak dapat larut dalam bensin. Etanol jenis ini sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah untuk memasak. Namun, jika kadarnya masih ingin ditingkatkan, yakni agar dapat larut pada bensin, harus dilakukan proses penyulingan yang kedua.
  14. Larutan etanol yang dibutuhkan berkadar 99% (etanol kering), memerlukan destilasi absorbent, yakni dengan cara memanaskan etanol 95% hingga suhu 100°C, agar etanol dan air menguap. Uap tersebut masuk melalui pipa yang dindingnya sudah dilapisi zeolit atau pati. Zeolit tersebut berfungsi untuk menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol berkadar 99%.
Dengan kadar etanol 99%, bisa digunakan sebagai campuran bensin untuk kendaraan bermotor, karena sudah cukup larut dalam bensin.
read more...

HAMA PENYAKIT IKAN LELE

Salah satu kendala yang sering dihadapi petani dalam budidaya ikan lele adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian, keduanya harus mendapat perhatian sehingga budidaya ikan lele dapat berhasil seperti yang diharapkan.

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Sebab, pencegahan dilakukan sebelum terjadi serangan, baik hama maupun penyakit, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Para petani yang baru bergerak di bidang budidaya ikan lele, tentu akan mengalami kesulitan dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit. Karena itu perlu mengetahui tindakan pencegahan serangan hama dan penyakit tersebut. Berbeda halnya para petani yang telah lama menggeluti budidaya ikan lele, mereka tentu tidak akan mengalami kesulitan.

Hama Ikan Lele

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh, dan mempengaruhi produktivitas lele, baik secara langsung maupun secara bertahap. Hama yang menyerang ikan lele biasanya datang dari luar melalui aliran air, udara, atau darat. Hama yang berasal dari dalam biasanya akibat persiapan kolam yang kurang sempurna.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan hama terhadap ikan lele.
  • Pengeringan dan pengapuran kolam sebelum digunakan. Dalam pengapuran sebaiknya dosis pemakaiannya diperhatikan atau dipatuhi.
  • Pada pintu pemasukan dipasang saringan agar hama tidak masuk ke dalam kolam.
Hama yang sering menyerang ikan lele, terutama yang masih berukuran kecil, adalah ular, belut, dan ikan gabus. Tindakan penanggulangan serangan ketiga hama tersebut sebagai berikut.
  1. Penanggulangan Hama Ular Yang Menyerang Ikan Lele

    1. Ular tidak menyukai tempat-tempat yang bersih. Karena itu, cara, menghindari serangan hama tersebut adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan kolam.
    2. Karena ular tidak dapat bersarang di pematang tembok, sebaiknya dibuat pematang dari beton atau tembok untuk menghindari serangannya.
    3. Perlu dilakukan pengontrolan pada malam hari. Jika ada ular, bisa langsung dibunuh dengan pemukul atau dijerat dengan tali.
  2. Penanggulangan Hama Belut Yang Menyerang Ikan Lele

    1. Sebelum diolah, sebaiknya kolam digenangi air setinggi 20-30 cm, kemudian diberi obat pembasmi hama berupa Akodan dengan dosis rendah, yakni 0,3-0,5 cc/m³ air.
    2. Setelah diberi pembasmi hama, kolam dibiarkan selama 2 hari hingga belut mati. Selanjutnya air dibuang ke tempat yang aman.
  3. Penanggulangan Ikan Gabus Yang Menyerang Ikan Lele

    1. Memasang saringan di pintu pemasukan air kolam, sehingga hama ikan gabus tidak dapat masuk.
    2. Mempertinggi pematang kolam agar ikan gabus dari saluran atau kolam lain tidak dapat meloncat ke kolam yang berisi ikan lele.

Penyakit Ikan Lele

Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh lele sehingga organ tubuh lele terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu pula seluruh jaringan tubuh ikan lele. Kemudian penyakit akan timbul jika terjadi ketidak-seimbangan antara kondisi lele, lingkungan, dan patogen. Lele yang kondisi tubuhnya buruk, sangat besar kemungkinan terserang penyakit. Sebaliknya, jika kondisi tubuhnya baik, lele sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi tubuh yang buruk dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti terjadinya perubahan lingkungan secara mendadak yang membuat lele mengalami stres atau terjadi luka dan perdarahan pada tubuhnya.

Luka dan perdarahan dapat terjadi akibat penanganan yang kurang baik, terutama saat panen, dan sistem pengangkutan yang kurang tepat. Demikian pula dengan kondisi lingkungan. Jika lingkungan kurang baik, seperti kandungan oksigen di dalam kolam rendah, ada gas beracun, atau terjadi pencemaran (baik oleh limbah industri maupun rumah tangga), kondisi tubuh lele bisa menjadi lemah.

Jika dilihat dari sifat penyerangan, penyakit ikan lele dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, penyakit yang menyerang bagian dalam tubuh, seperti jantung, hati, atau usus, dikenal dengan istilah endotern. Kedua, penyakit yang menyerang bagian luar tubuh lele seperti sirip, dikenal dengan eksotern.

Beberapa tindakan pencegahan penyakit ikan lele yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

  1. Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk memotong siklus hidup penyakit.
  2. Kondisi lingkungan harus tetap terjaga, misalnya kualitas air tetap baik.
  3. Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jika berlebihan, dapat mengganggu lingkungan.
  4. Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar lele tidak luka.
  5. Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit, seperti burung, siput, atau keong mas.
Ada beberapa jenis penyakit yang biasa menyerang lele. Cara penyerangan, gejala yang timbul, dan teknik penanggulangan setiap penyakit tidak sama. Pengobatan penyakit lele akan efektif dilakukan jika dapat diketahui jenis penyakit, gejala penyerangannya, serta jenis dan dosis obat-obatan yang harus digunakan.

Penyakit Pada Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Bakteri :

Pseudomonas sp.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan pada kulit, hati, ginjal, dan limpa. Perdarahan pada kulit akhirnya mengakibatkan borok-borok pada tubuh ikan lele.

Tindakan penanggulangan penyakit ini dilakukan dengan menjaga kualitas air. Jika terserang, ikan lele direndam dalam larutan Oxytertracyclin dosis 25-30 mg/kg ikan lele per hari. Diberikan secara berturut-turut selama 7-10 hari. Pemberian dilakukan pada bak terpisah

Aeromonas hydrophiladan
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perubahan warna tubuh ikan menjadi gelap, kulit kasat, dan terjadi perdarahan. Ikan lele sulit bernapas, berenang sangat lemah, dan terjadi perdarahan pada hati, ginjal, dan limpa.

Tindakan penanggulangan penyakit ini dilakukan dengan menjaga kualitas air. Penyuntikan dengan Terramycine 25-30 mg/kg lele, diulang 3 hari sekali sebanyak 3 kali ulangan. Mencampur makanan dengan Terramycine 50 mg/kg lele per hari selama 7-10 hari. Selain itu dapat menggunakan Sulphanamide sebanyak 100 mg/kg lele per hari selama 3-4 hari.

Aeromonas punctata
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya ikan lele yang kehilangan nafsu makan. Infeksi pada kulit kepala, kulit badan bagian belakang, insang, sirip, dan bagian badan lainnya.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air. Perendaman memakai copper sulfat dosis 1200 ppm selama 1-20 menit. Perendaman dengan Oxytetracyclin HCL dengan dosis 10 mg/1 kg ikan lele selama 30 menit.

Peduncle (cold water diseases)
Gejala serangan penyakit ini hampir sama dengan Columnaris, bedanya Peduncle menyerang pada temperatur dingin, sekitar 16° C, sedangkan Columnaris pada temperatur panas, sekitar 20° C, infeksi berjalan lambat dalam hal timbulnya borok atau nekrosa pada kulit.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan perendaman dengan Oxytetracyclin 10 ppm selama 30 menit. Mencampur makanan dengan Sulfisoxzole sebanyak 100 mg/kg berat ikan lele per hari selama 10-20 hari berturut-turut.

Columnaris
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perdarahan pada kulit ikan lele. Borok-borok pada kulit. Perdarahan pada hati, ginjal, dan limpa. Ciri-ciri yang timbul akibat infeksi Pseudomonas dibedakan dari serangan bakteri Aeromonas dengan adanya luka-luka kecil pada kulit kemudian meluas ke arah daging. Luka-luka kecil pada hati. Nekrosa pada jaringan daging dan jaringan pembuat darah.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air. Perendaman memakai Oxytetracyclin HCL dosis 25-30 mg/kg ikan lele per hari diberikan 7-10 hari berturut-turut. Pemberian Sulfamerazine sebanyak 100-200 mg/kg berat ikan lele per hari, melalui makanan 1-3 hari. Penyuntikan Oxytetracyclin HCL sebanyak 25-30 mg/kg ikan lele per hari, melalui makanan selama 7-10 hari berturut-turut.

Edward siella
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perubahan tubuh ikan lele berwarna gelap. Kadang-kadang mata menonjol. Ada sedikit bercak darah di pangkal sirip dada. Kadang-kadang ditemukan benjolan di bagian samping tubuh ikan lele.

Upaya pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air. Pengobatan dapat dilakukan pada masa periode awal penyerangan menggunakan Sulphanamide dengan dosis 100-200 mg/kg/hari diberikan sampai hari yang keempat secara berturut-turut. Lele yang terserang penyakit harus segera dimusnahkan dengan dibakar atau dikubur.

Penyakit Ginjal
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya luka di ginjal, hati, dan bintik-bintik berwarna keputih-putihan. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang tepat untuk memberantas penyakit ini.

Penyakit Tuberculosis
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya perubahan tubuh ikan lele berwarna gelap. Perut membengkak dan terdapat bintik-bintik pada hati. Cara pencegahan dengan perbaikan kualitas air.

Penyakit Pada Ikan Lele Yang Disebabkan Oleh Parasiter :

Saprolegiasis
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya sekumpulan benang halus seperti kapas berwarna putih kecokelatan pada ubuh ikan lele. Tempat penyerangan biasanva di daerah kepala, tutup insang, sirip, dan bagian badan lainnya.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga kebersihan kolam dan kualitas air. Menghindari setiap perlakuan yang menimbulkan luka. Perendaman dalam Malachite Green Oxalate (MGO) sebanyak 3 g/m³ air selama 30 menit.

Penyakit Bintik putih
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan ikan lele berenang sangat lemah dan selalu di permukaan air. Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip, dan insang. Lele sering menggosokkan tubuhnya ke dasar kolam atau pada benda-benda yang keras.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu lele diberok dalam air yang mengalir. Padat penebaran dikurangi, dilakukan perendaman dengan larutan formalin 25 ml/m³ air ditambah larutan Oxalate 0,1 g/m³ air selam 12-24 jam.

Tichodiina sp.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan gerakan lele lemah dan lele kurus. Menggosok-gosokkan tubuhnya pada benda-benda keras.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu padat penebaran dikurangi. Merendam lele dalam larutan formalin 150-200 ppm (150-200 ml/m³) selama 15 menit. Merendam Malachite Green Oxalate 0,1 g/m³ selama 24 jam.

Cacing kecil pada kulit, sirip, dan insang
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan kepala ikan lele yang kelihatan besar tetapi kurus. Kulit lele suram. Sirip ekor kelihatan rontok. Lele menggosok-gosokkan badan ke dasar kolam penampungan atau benda keras lainnya. Tutup insang tidak normal.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi kepadatan penebaran. Merendam lele dalam formalin 250 ml/m³ air selama 15 menit. Merendam dengan Methylene Blue sebanyak 3 gr/m³ air selama 24 jam.

Myxosporensis (Myxobolus sp.)
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya bintil-bintil berwarna putih kemerah-merahan pada insang.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan pengeringan kolam dan pengapuran dengan dosis 200 g/m³, dibiarkan selama 1-2 minggu. Air yang masuk disaring melalui filter pasir, kerikil, dan ijuk.

Myxosoma sp.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya pembengkakan (bisul) di sekitar punggung. Jika bisul pecah, akan keluar cairan keruh berwarna kuning.

Pencegahan dengan cara menyaring air yang masuk. Perendaman dengan larutan formalin 25 cc/m³ selama 5 menit. Kolam disemprot dengan Dipterex/Sumithion 50 EC dengan takaran 1 cc/m³.

Lernaea sp.
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya parasit yang menempel di tutup insang, sirip, atau mata selama 15 menit. Kemudian terlihat luka-luka di tempat penyerangan tersebut.

Pencegahan dengan cara menyaring air masuk. Lele yang terinfeksi direndam dalam larutan garam/NaC1 20 g/liter (2%) selama 5 menit.

Kutu ikan (Argulus).
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan adanya ikan lele yang menjadi kurus. Parasit menempel di kulit, sirip, dan insang. Bekas penyerangan kelihatan kemerah-merahan.

Pencegahan dengan pengeringan kolam dan pengapuran sebanyak 200 g/m². Air yang masuk disaring.
read more...

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK SAPI

PAKAN TERNAK SAPI
Keberhasilan usaha ternak sapi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan. Pakan menjadi salah satu faktor utama keberhasilan usaha ternak, di samping faktor genetis dan manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula. Sebab, bibit sapi yang secara genetis baik akan memiliki sifat-sifat keturunan yang baik pula apabila memperoleh makanan yang cukup dan memenuhi syarat. Namun, perlu disadari bahwa pemberian makanan yang cukup dan memenuhi syarat ini tidak berarti akan bisa mengubah sifat-sifat genetik sapi. Misalnya, bangsa sapi Madura besarnya tubuh tidak akan bisa berubah menyerupai bangsa sapi Hereford; bangsa sapi Hereford yang bertubuh besar, daya kerjanya tak akan bisa menyamai bangsa sapi Ongole, dan sebagainya. Tetapi paling tidak, pemberian makanan yang cukup dan memenuhi syarat pasti akan mampu memunculkan sifat-sifat pembawaan dari bangsa-bangsa sapi tersebut, misalnya: pertumbuhannya menjadi lebih sempurna dan lebih cepat, dan prosentase karkasnya pun menjadi lebih baik.

Pemberian pakan terhadap ternak sapi harus dilakukan secara kontinu sepanjang waktu. Sebab, pemberian pakan yang tidak kontinu akan menimbulkan goncangan terhadap sapi-sapi tersebut sehingga pertumbuhannya terganggu. Hal ini sering terjadi pada sapi-sapi yang dipelihara di daerah tropis, termasuk di negara kita. Pertumbuhan sapi-sapi yang dipelihara di daerah tropis sering mengalami kurva naik-turun yang sangat tajam. Pada musim penghujan pertumbuhan dan pertambahan berat badannya sangat cepat, karena mendapat makanan yang cukup dan memenuhi syarat. Tetapi pada musim kemarau pertumbuhan berat badannya dapat menurun secara drastis. Sebab selama musim kemarau daya cerna hijauan/rerumputan berkurang. Hal ini terutama disebabkan oleh hilangnya energi, mineral dan protein yang terkandung dalam hijauan/rerumputan akibat kekurangan air. Dengan demikian hijauan/rerumputan yang diberikan kepada ternak tidak memenuhi syarat, bahkan volume pemberiannya pun seringkali sangat kurang. Akibatnya ialah pertumbuhan terhambat, sapi yang sudah dewasa berat badannya menurun/kurus, sebagai sapi potong tidak memenuhi syarat, perkembangbiakannya mundur karena fertilitasnya pun menurun, prosentase karkasnya juga sangat rendah.

Oleh karena itu para peternak sapi, harus berusaha memberikan makanan yang cukup dan memenuhi syarat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sapi-sapi tersebut. Makanan sapi yang memenuhi syarat ialah makanan yang mengandung: protein, karbohidrat, lemak, vitamin-vitamin, mineral, dan air. Kesemuanya itu bisa disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat.

KEBUTUHAN ZAT-ZAT MAKANAN

a. Protein
Protein berfungsi untuk:
  • Memperbaiki dan menggantikan sel tubuh yang rusak, misalnya pada sapi lanjut usia.
  • Pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh, misalnya pada pedet.
  • Keperluan berproduksi, misalnya bagi sapi-sapi dewasa.
  • Diubah menjadi energi, misalnya pada sapi-sapi kerja.
Protein lebih banyak dibutuhkan oleh sapi-sapi muda yang sedang dalam pertumbuhan daripada sapi-sapi dewasa. Karena protein tidak bisa dibentuk oleh tubuh, padahal sangat mutlak diperlukan tubuh, maka sapi-sapi yang bersangkutan harus diberi makanan yang cukup mengandung protein.
Sumber protein:
  • Hijauan dari jenis leguminosa: centrosema pubescens, daun turi, lamtoro dan lain-lain.
  • Makanan tambahan, berupa makanan penguat: bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung darah, tepung ikan, tepung daging dan lain-lain.
Protein yang berasal dari hewan lebih baik, sebab mengandung asam amino essensial dan gizi yang lebih tinggi. Bahan makanan yang memiliki kadar protein yang tinggi mutunya ialah yang paling mendekati susunan protein tubuh. Protein yang berasal dari hewan dapat diproses menjadi protein jaringan tubuh kembali dengan risiko kerugian yang sangat kecil bila dibandingkan dengan pengolahan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti jagung, apalagi jerami dan sebagainya.
Bagi ternak ruminansia, termasuk sapi, tidak membutuhkan protein yang bermutu tinggi di dalam makanannya, sebab di dalam rumen dan usus yang panjang telah banyak terjadi pengolahan oleh jasad renik. Namun, yang perlu diperhatikan ialah bahwa untuk membangun kembali protein yang telah usang dan terurai, maka protein dengan asam-asam aminonya harus di tingkatkan pula. Oleh karena itu jika sapi terpaksa hanya diberi makanan dari jerami, khususnya sapi penggemukan, maka untuk menutup kekurangan unsur-unsur yang tidak terdapat di dalam jerami tersebut harus diberi pakan tambahan yang banyak mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Sebab jerami terlalu banyak mengandung serat kasar yang sulit dicerna, sedangkan unsur-unsur protein, lemak dan karbohidrat yang terkandung di dalamnya sangat sedikit.

b. Lemak
Lemak berfungsi untuk:
  • Sumber energi (tenaga).
  • Pembawa vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
Lemak dari bahan makanan dapat diubah menjadi pati dan gula, yang bisa digunakan sebagai sumber tenaga, atau disimpan di dalam jaringan sel-sel sebagai lemak cadangan. Banyaknya lemak dalam tubuh berbeda-beda. Biasanya lemak-lemak tersebut dibentuk dari karbohidrat dan lemak makanan yang tidak langsung digunakan. Dan setiap kelebihan lemak disimpan di bawah kulit sebagai cadangan. Setiap jenis ternak memiliki alat atau tempat khusus untuk menyimpan lemak, misalnya sapi pada ponoknya, domba pada ekornya dan lain sebagainya. Di samping itu kelebihan lemak disimpan di sekitar buah pinggang, selaput penggantung usus dan di antara otot-otot.

Tubuh hewan terdiri dan tiga jaringan, yakni tulang, otot dan lemak. Di antara ketiga jaringan tersebut lemaklah yang terbentuk paling akhir. Pada ternak sapi potong yang digemukkan seperti sapi kereman misalnya, lemak itu menyelubungi serabut otot-otot sehingga otot atau daging menjadi lebih lembut. Lemak pada tubuh binatang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung dari jenis, umur, mutu makanan, aktivitas dan kesehatan hewan tersebut. Oleh karena itu sapi yang dipotong pada usia lanjut dagingnya akan liat, apalagi bila sapi tersebut intensitas kerjanya terlalu tinggi dan makanan tidak memenuhi syarat. Hewan ternak yang hanya memperoleh hijauan dari rumput melulu akan sangat rendah mencerna lemak, sebab rumput hanya mengandung 1% lemak kasar. Ransum ternak yang banyak mengandung sumber lemak adalah: bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil kacang kedelai.

c. Karbohidrat
Karbohidrat berfungsi untuk:
  • Sumber tenaga (energi).
  • Pembentukan lemak di dalam tubuh.
Setelah dicerna, karbohidrat tersebut diserap oleh darah berupa glugosa dan langsung dioksidasikan untuk menghasilkan energi atau untuk cadangan lemak tubuh. Yang termasuk karbohidrat ialah serat kasar, BETN (yakni bahan-bahan yang banyak mengandung pati dan gula). Jagung dan makanan butiran lainnya juga banyak mengandung karbohidrat. Namun, kebutuhan karbohidrat ini juga bisa dipenuhi oleh bahan hijauan, sehingga dalam hal kebutuhan karbohidrat ini ternak tidak banyak mengalami kesulitan.

d. Mineral
Mineral berfungsi untuk:
  • Pembentukan jaringan tulang dan urat.
  • Keperluan berproduksi.
  • Menggantikan mineral dalam tubuh yang hilang, dan memelihara kesehatan.
Mineral tidak banyak terdapat dalam tulang. Walaupun demikian, mineral dalam jaringan tubuh yang jumlahnya hanya sedikit itu, amat penting artinya bagi daya hidup hewan. Sebab mineral akan mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Pada anak hewan yang sedang tumbuh, ataupun bagi hewan dewasa yang perlu memperbaharui sel-selnya yang berlangsung terus-menerus, juga sangat membutuhkan mineral. Demikian pula pertumbuhan janin pun hanya mungkin bila tersedia unsur mineral.

Beberapa unsur mineral penting yang diperlukan tubuh ialah: natrium, khlor, kalsium, fosfor, sulfur, kalium magnesium, tembaga, seng, selenium. Pada umumnya unsur-unsur tersebut banyak terdapat dalam ransum makanan. Namun demikian seringkali juga ada unsur-unsur mineral tertentu yang perlu ditambahkan. Unsur-unsur tersebut, terutama adalah garam dapur (NaCl), kalsium (Ca) dan fosfor (P).

Bangsa padi-padian banyak mengandung fosfor, sedangkan makanan kasar lainnya banyak mengandung Ca. Sebagai tanda bahwa hewan ternak sapi kekurangan mineral ialah: sapi suka makan tanah. Akibat kekurangan mineral, bisa menimbulkan penyakit tulang, atau fertilitasnya (kesuburan) menurun. Sumber mineral terutama dapat dipenuhi dari hijauan, feed supplement-mineral.

e. Vitamin
Vitamin berfungsi untuk:
  • Mempertahankan kekuatan tubuh.
  • Memajukan kesehatan dalam berproduksi.
Dalam hal pemenuhan vitamin pada ternak tidak perlu menjadi perhatian khusus, karena unsur tersebut biasanya cukup tersedia dalam bahan-bahan pakan ternak. Dan kebanyakan vitamin dibentuk dalam usus hewan pemamah biak, terutama vitamin B kompleks. Tetapi pada musim kemarau panjang, ada kemungkinan bahan-bahan pakan itu kekurangan kadar vitamin A. Oleh karena itu ternak sapi yang dipiara secara intensif, atau dibatasi ruang geraknya, maka di dalam ransum perlu ditambahkan vitamin A. Kelebihan vitamin A bisa tersimpan lama di dalam hati.

Pada sapi vitamin tersebut bisa bertahan sampai 6 bulan, kambing 3 bulan. Pada umumnya bagian hijauan tanaman yang sedang tumbuh, atau pada bagian pucuknya banyak mengandung karotin, yang dalam tubuh hewan diubah menjadi vitamin A.

Proses pembentukan vitamin:
  • Vitamin A dibentuk dari karotin.
  • Vitamin B dapat dibentuk sepenuhnya di dalam tubuh hewan.
  • Vitamin C dibentuk sendiri oleh semua jenis hewan yang telah dewasa
  • Vitamin D terjadi dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari.
Sumber vitamin: Terutama hijauan. Tetapi perlu juga diperhatikan bahwa kandungan vitamin dalam hijauan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: tanah, iklim, waktu pemotongan dan penyimpanan. Vitamin A dan E banyak terdapat pada tanaman hijauan dan padi-padian.

f. Air
Air berfungsi untuk:
  • Mengatur suhu tubuh.
  • Membantu proses pencernaan.
  • Mengeluarkan bahan-bahan yang tidak berguna lagi di dalam tubuh yang berupa: keringat, air seni dan kotoran (80% air).
  • Melumasi persendian dan membantu mata untuk dapat melihat.
Air merupakan bagian utama dari zat-zat di dalam tubuh. Komposisi tubuh hewan lebih dari 50% terdiri dari air, dan sebagian besar jaringan tubuhnya mengandung 70 — 90% air. Hewan yang kekurangan air biasanya lebih cepat mati daripada kekurangan makanan. lni suatu bukti bahwa air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi ternak. Oleh karena itu para peternak harus sungguh-sungguh memperhatikan kebutuhan air bagi ternaknya.

Jumlah kebutuhan air minum bagi ternak sapi sangat bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: jenis sapi, umur, suhu lingkungan, jenis bahan makanan dan volume makan yang masuk dalam tubuh, serta kegiatan sapi yang bersangkutan. Bagi sapi-sapi muda, sapi yang sedang bekerja, sapi yang berada dalam lingkungan suhu yang tinggi, sapi yang makan jenis makanan jerami dan dalam jumlah volume yang tinggi, tuntutan air minum yang dipergunakan lebih tinggi daripada yang lain.

Kebutuhan air dalam tubuh sapi bisa dipenuhi dari air minum, air dalam bahan makanan dan air metabolik yang berasal dari glugosa, lemak dan protein. Sebagai pedoman, penyediaan air minum bagi sapi dewasa yang bekerja kira-kira 35 liter, dan sapi yang tidak bekerja cukup sekitar 25 liter.

BAHAN PAKAN TERNAK SAPI

Di dalam memilih bahan pakan ternak sapi, yang perlu dipertimbangkan bukan saja zat-zat yang terkandung di dalamnya, tetapi juga sifat biologis bahan-bahan yang akan disajikan, seperti: volume dan tekstur, palatabilitas (enak tidaknya) dan sifat bahan makanan itu sendiri. Sebab kesemuanya akan berpengaruh besar terhadap mutu bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh hewan. Sebagai contoh, jagung yang digiling terlalu kasar tentu relatif lebih sukar dicerna daripada bahan makanan yang halus. Bahan-bahan makanan yang rusak, tengik ataupun kurang enak tentu akan tersisih. Kalaupun bahan makanan tersebut terpaksa dimakan, tentu akan merugikan ternak sapi yang bersangkutan. Demikian pula bahan-bahan makanan yang sukar diresapi oleh getah pencernaan, misalnya jerami, mutu makanan tersebut lebih rendah daripada bahan makanan lain. Sebab, sari makanan yang terkandung di dalam jerami tertutup oleh dinding-dinding sel yang sukar ditembus. Oleh karena itu, para peternak harus memberi perhatian secara khusus terhadap jenis makanan yang akan diberikan kepada ternaknya.

Bahan Pakan Ternak Sapi Dari Hijauan

a. Bahan pakan hijauan segar

lalah makanan hijauan yang diberikan dalam keadaan segar. Yang termasuk bahan hijauan segar ialah rumput segar, batang jagung muda, kacang-kacangan dan lain-lain yang masih segar serta silage. Jumlah hijauan yang diberikan kepada sapi di Indonesia 30 — 40 kg. Hal ini sangat tergantung dari berat badan sapi yang bersangkutan. Pada prinsipnya pemberian hijauan ini ialah 10% dari berat badan. Bahan makanan hijauan berfungsi sebagai pengenyang, sumber mineral, karbohidrat, vitamin-vitamin dan protein (terutama yang berasal dari kacang-kacangan). Hijauan segar dari rumput jenis unggul, seperti rumput gajah, nilai gizinya cukup terjamin, dan volumenya lebih banyak dibandingkan dengan rumput liar. Sebab, rumput gajah dapat tumbuh dengan cepat, dalam waktu 30 — 40 hari sudah dapat dipanen, sehingga pemberiannya dapat dilakukan secara rutin.

b. Bahan pakan hijauan kering

Ialah makanan yang berasal dari hijauan yang dikeringkan, misalnya jerami dan hay. Jerami ialah hasil ikutan pertanian seperti padi, kacang tanah, kedelai, jagung dan lain-lain yang berupa batang daun ranting.

Cara meningkatkan mutu jerami
Telah dijelaskan bahwa jerami merupakan salah satu bahan makanan ternak yang mutunya rendah. Sebab, zat-zat yang terkandung di dalamnya, seperti sellulosa, terselubung oleh dinding yang keras, yakni silika dan lignin. Dengan demikian sellulosa yang sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh hewan ruminansia (sapi) sulit ditembus oleh getah pencernaannya. Sapi yang makan 10 kg jerami kira-kira hanya 3 kg atau 30% saja yang dapat dicerna. Tetapi dengan adanya kemajuan teknologi di bidang makanan ternak, bahan makanan dari jerami yang semula hanya memiliki nilai cerna 30% dapat ditingkatkan menjadi 50 — 55%, yakni dengan mencampur jerami dengan urea. Sebab dengan pencampuran tersebut dapat menambah unsur nitrogen (N) pada jerami dan dapat mematahkan ikatan silika dan lignin yang menyelubungi sellulosa. Dengan demikian jerami menjadi lebih mudah dicerna.

Proses dan cara pencampuran
  • Jerami yang akan dicampur harus ditimbang terlebih dahulu. Jerami tersebut bisa dalam keadaan basah atau kering.
  • Urea yang digunakan untuk mencampur sebanyak 5% dari berat jerami.
  • Untuk jerami kering, urea harus dilarutkan terlebih dahulu dengan air. Setiap 500 kg jerami kering mernbutuhkan 500 liter air untuk melarutkan urea. Tetapi untuk jerami basah (segar) urea tidak perlu dicampur dengan air, sebab jerami segar sudah mengandung air sebanyak 75% dari berat jerami.
  • Caranya mencampur adalah sebagai berikut:
    • Tebarkan jerami setebal 10 cm.
    • Basahi dengan larutan urea (untuk jerami kering) atau taburi urea (untuk jerami basah) sedikit demi sedikit.
    • Tebarkan jerami lagi di atas hamparan tebaran pertama, kemudian dihasahi lagi dengan larutan urea (untuk jerami kering) atau taburi dengan urea (untuk jerami basah) sedikit demi sedikit.
    • Demikian seterusnya.
Sedangkan hay adalah hijauan dari. jenis rumput-rumputan yang sengaja ditanam, kemudian dipanen menjelang berbunga dan langsung dikeringkan.
Jika ransum yang diberikan kepada ternak hanya dari hijauan kering, sebaiknya diberi bahan makanan penguat untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin dan zat-zat lain.

Konsentrat Sebagai Bahan Pakan Penguat Untuk Ternak Sapi

Yang dimaksudkan dengan makanan konsentrat (penguat) ialah bahan makanan yang konsentrasi gizinya tinggi tetapi kandungan serat kasarnya relatif rendah dan mudah dicerna. Bahan tersebut berupa dedak, atau katul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ketela pohon/gaplek dan lain-lain. Pada umumnya para peternak di dalam menyajikan makanan penguat ini masih sangat sederhana. Mereka hanya membuat susunan atau campuran makanan yang terdiri dari 2 (dua) macam bahan saja, dan bahkan ada yang hanya satu macam bahan.

Contoh susunan makanan yang terdiri dari 2 macam bahan adalah 1 bahan bungkil kelapa dan 4 bagian dedak halus.

Bahan makanan penguat hanya diberikan kepada sapi sebanyak 2 — 3 kg/ekor/hari.

Bahan Pakan Tambahan Untuk Ternak Sapi

a. Vitamin
Vitamin diberikan dalam bentuk feed-supplement minyak ikan. Sapi yang kekurangan vitamin, terutama vitamin A (Pro-vit A) dan vitamin D dapat diberi feed-supplement atau minyak ikan.

b. Mineral
Untuk mencegah kekurangan unsur-unsur mineral, khususnya Ca, P dan NaCl, ternak sapi dapat diberi tepung tulang, tepung kapur tembok (CaCO3) dan garam dapur. Tepung tulang biasanya mengandung Ca 23—33% dan P 10—18%.

c. Protein
Pada umumnya bahan-bahan makanan yang mengandung zat protein tinggi harganya mahal. Maka sebagai penghematan, bahan makanan dapat ditambah dengan urea. Untuk mencegah keracunan, dosis pemberian urea tidak boleh terlalu banyak. Sebagai pedoman, dosis pemberian urea tersebut adalah sebagai berikut:
  • 1% dari seluruh ransum, atau
  • ± 20 gram/100 kg berat badan sapi.
Untuk mencegah terjadinya keracunan ini, kecuali memperhatikan dosis pemberian urea juga perlu memperhatikan pemberian ransum yang kandungan karbohidratnya mudah dicerna, seperti: mollase (tetes), tepung tapioka. onggok dan lain sebagainya.
read more...

PAKAN ALTERNATIF IKAN LELE

Untuk dapat hidup dan berkembangbiak, ikan lele memerlukan pakan. Jenis, ukuran, dan jumlah pakan yang diberikan tergantung dari ukuran dan jumlah ikan lele yang dipelihara. Ada dua jenis pakan berdasarkan pembuatannya, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan mikroorganisme yang hidup di dalam air, seperti plankton, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia atau pabrik. Meskipun demikian, pakan alami dapat dibuat dengan cara membudidayakannya. Di samping pakan tersebut, ada satu lagi jenis pakan yang dapat diberikan, yakni pakan alternatif.

Pakan alternatif yang dapat diberikan kepada ikan lele antara lain ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang sudah tidak layak dikonsumsi manusia, limbah peternakan ayam, limbah pemindangan ikan, dan daging bekicot atau daging keong mas.

Karena ikan lele tergolong karnivora atau pemakan daging, pakan yang diberikan, baik buatan maupun alami, harus yang mengandung daging. Pakan buatan seperti pelet biasanya telah mengandung daging yang berasal dari tepung ikan, dengan kandungan protein tidak kurang dan 30%.

Pakan Alternatif

Pakan alternatif adalah pakan jenis lain yang bisa diberikan kepada ikan lele terutama pada kegiatan usaha budiday ikan lele pembesaran. Pakan tersebut bukan buatan pabrik maupun petani, melainkan sisa-sisa industri peternakan, limbah pemindangan, ikan rucah, atau berupa hama-hama yang menyerang tanaman padi, seperti keong mas. Selain harganya murah, pakan alternatif mengandung protein yang cukup untuk kebutuhan ikan lele. Kelemahan pakan alternatif terdapat pada pemberiannya, yakni kurang praktis jika dibandingkan dengan pakan buatan seperti pelet. Pakan alternatif sebelum diberikan memerlukan perlakuan khusus. Contohnva, ayam-ayam vang mati tidak boleh langsung diberikan begitu saja, tetapi bulu-bulunva harus dibuang dahulu, karena bulu ayam tidak dikonsumsi oleh lele. Demikian pula dengan ikan rucah atau keong mas, harus dipisahkan antara daging dan tulang atau cangkangnya. Tulang dan cangkang tersebut tidak akan dimakan oleh lele.

Pakan Alternatif Dari Limbah Peternakan

Bagi para petani pembudidaya ikan lele yang lokasi budidayanva dekat dengan usaha peternakan ayam atau budi daya tersebut terpadu, yakni antara budidaya ikan lele dan ayam, usaha budidaya pembesaran ikan lele akan sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan lele cukup dengan memanfaatkan limbah peternakan ayam tersebut. Pakan berupa bangkai ayam sebaiknya tidak diberikan secara langsung. Bulu-bulu ayam harus dibuang dengan cara dibakar dan direbus. Jika ayam yang akan diberikan hanya dibakar tanpa direbus, dikhawatirkan bagian dalam perut daging ayam tidak masak. Tetapi jika direbus terlebih dahulu, semua organ ayam akan masak, termasuk bagian dalamnva. Setelah masak, pakan ini baru dapat diberikan. Jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah lele yang dipelihara. Pada prinsipnya pakan tidak sampai ada yang tersisa di dalam kolam. Jika pakan banyak yang tersisa dan membusuk, kualitas air bisa turun.

Pakan Alternatif Dari Ikan Rucah

Ikan rucah atau ikan-ikan hasil tangkapan dari laut yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia merupakan salah satu pakan yang disukai olah ikan lele. Ikan rucah banyak sekali ditemui di daerah pantai, terutama di daerah yang dekat dengan tempat pelelangan ikan. Harga ikan ini relatif murah dan terjangkau para petani lele. Ikan rucah berukuran kecil dan tidak banyak mengandung duri atau tulang, dapat diberikan langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Namun, ikan runcah yang banyak mengandung tulang atau duri, sebelum diberikan, harus direbus terlebih dahulu setengah masak untuk memisahkan daging dengan tulang atau durinya. Dedak halus dapat ditambahkan untuk melengkapi kandungan gizinya. Pakan selanjutnya ditebarkan secara langsung atau dengan cara disimpan menggunakan wadah, seperti beberapa buah ayakan yang ditempatkan di bawah permukaan air.

Pakan Alternatif Dari Limbah Pemindangan

Bagi para petani ikan lele yang lokasi usahanya dekat dengan usaha pengolahan ikan laut, seperti pemindangan, limbah pemindangan dapat juga dijadikan pakan alternatif yang cocok untuk lele. Limbah pemindangan adalah kumpulan isi perut atau bagian-bagian lain seperti kepala, ekor, atau sirip ikan yang dibuang oleh pemindang. Pakan diberikan secara langsung atau dengan cara dicampur dulu dengan dedak halus dan direbus sampai setengah masak. Setelah ding-in, Baru dapat diberikan kepada lele yang dipelihara.

Pakan Alternatif Dari Keong Mas atau Bekicot

Pakan alternatif lain yang dapat diberikan kepada lele adalah daging keong mas atau daging bekicot. Kedua jenis hewan tersebut umumnya merupakan musuh para petani karena menyerang tanaman padi milik para petani. Dengan demikian, sebetulnya memanfaatkan keong mas sebagai makanan ikan lele berarti ikut pula membantu petani dalam memberantas hama tanaman padi.

Keong mas atau bekicot tidak dapat diberikan langsung, tetapi harus dipisahkan daging dengan cangkangnya terlebih dahulu. Caranya cukup mudah, yakni dengan merebus keong mas beberapa menit di dalam wadah tertentu, kemudian satu per satu dagingnya dicongkel menggunakan alat yang runcing, sehingga terpisah dari cangkangnya. Cara lainnya dengan memecahkan cangkangnya, kemudian mengambil dagingnya. Setelah bersih dari cangkang, daging keong bisa diberikan kepada lele yang dipelihara.
read more...
Home - About - Order - Testimonial
Copyright © 2010 petunjuk praktis budidaya All Rights Reserved.