USAHA TERNAK SAPI – BUDIDAYA SAPI

Tingginya permintaan konsumen terhadap daging sapi membuka peluang yang cukup besar bagi usaha ternak sapi di Indonesia. Secara kultural, usaha ternak sapi, terutama yang dilakukan secara tradisional, bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Selain karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani, Indonesia juga menjadi negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha ternak sapi tersebut. Mengingat di negara kita memiliki iklim dan cuaca yang cocok untuk peternakan sapi.

PENGEMBANGBIAKAN SAPI TERNAK

Sistem penggemukan ternak sapi di negara kita pada umumnya masih bertujuan ganda. Sebab di negara kita belum begitu banyak pengusaha yang secara khusus memproduksi anak sapi calon penggemukan. Hal ini berbeda dengan negara-negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia. Di sana baik usaha penggemukan ataupun untuk memproduksi anak sapi calon penggemukan merupakan usaha tersendiri, secara terpisah, seperti halnya usaha ternak ayam ras di Indonesia. Dengan demikian, di negara-negara maju hanya dikenal istilah Cattle feeder dan Feeder cattle.

a. Cattle feeder
Yakni peternak yang khusus melakukan usaha penggemukan. Di sini para peternak tidak memproduksi anak sapi ataupun calon-calon sapi pengganti yang akan digemukkan. Semua sapi yang digemukkan dibeli dari peternak yang memang secara khusus memproduksi anak-anak sapi calon penggemukan (feeder cattle).

b. Feeder cattle
Yakni pengusaha ternak sapi yang secara khusus memproduksi anak-anak sapi calon penggemukan. Di sini pengusaha tidak membesarkan atau menggemukkan anak-anak sapi yang diproduksi sendiri, tetapi mereka sengaja mempersiapkan anak-anak sapi tersebut untuk dijual.

Hal ini berbeda dengan para pengusaha ternak sapi potong di Indonesia, di negara kita pada umumnya para peternak sapi potong masih banyak yang memproduksi anak sapi yang kemudian dipiara dan dibesarkan sampai siap untuk dijual. Walaupun di antara mereka juga masih banyak yang membeli sapi-sapi calon penggemukan (bakalan), namun calon-calon atau "bakalan" tadi bukanlah berasal dari pengusaha yang secara khusus mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan. Memang di beberapa daerah di Indonesia telah ada peternak yang sengaja mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan mirip dengan usaha feeder cattle. Praktik-praktik semacam ini bisa dijumpai di Madura. Di Madura sapi-sapi yang telah berumur I tahun dipersiapkan untuk dipasarkan di Jawa Timur.

Karena masyarakat peternak sapi di negara kita di samping berusaha membesarkan dan menggemukkan juga memproduksi calon-calon penggemukan, maka setiap peternak harus tahu pula cara-cara pengembangbiakan yang benar. Yang dimaksud dengan pengembangbiakan ialah mengusahakan ternak agar bisa diperoleh suatu keturunan yang lebih banyak. Pengembangbiakan yang dilakukan oleh para peternak yang sudah maju bukan sekedar memperbanyak sapi-sapi dari jumlah kecil menjadi berlipat ganda, tetapi dalam rangka pengembangbiakan ini sekaligus memuliakan ternak. Oleh sebab itu para peternak harus bisa memilih bibit-bibit sapi potong, baik calon pejantan ataupun induk yang benar-benar memenuhi persyaratan. Sehubungan dengan pengembangbiakan ini akan dijelaskan tentang: 1 ) saat dewasa kelamin dan dewasa tubuh; 2) saat perkawinan pertama; 3) tanda-tanda birahi; 4) perkawinan yang tepat pada saat birahi; 5 ) kebuntingan dan perkawinan kembali.


DEWASA KELAMIN DAN DEWASA TUBUH PADA SAPI TERNAK

Yang dimaksud dengan dewasa kelamin ialah periode kehidupan sapi jantan atau betina di mana proses reproduksi mulai berfungsi. Seperti halnya hewan ternak lainnya, kedewasaan kelamin sapi pun dicapai sebelum kedewasaan tubuh. Oleh karena itu pada saat pertama kali sapi itu menunjukkan gejala birahi, berarti sapi yang bersangkutan mulai dewasa kelamin.

Pada setiap jenis sapi akan mengalami kedewasaan kelamin pertama yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, seperti mutu makanan, iklim setempat, keturunan dan tatalaksana. Namun pada umumnya sapi-sapi tropis akan mencapai kedewasaan kelamin pada umur 1,5 - 2 tahun, seperti yang dialami oleh sapi-sapi Indonesia (Bos Sondaicus) dan sapi-sapi Zebu (Bos lndicus). Sedangkan sapi-sapi potong yang berasal dari daerah subtropis akan mencapai kedewasaan kelamin lebih awal daripada sapi-sapi tropis. Bangsa-bangsa sapi subtropis akan mencapai kedewasaan kelamin pada umur 8 —12 bulan. Sedangkan kedewasaan tubuh baru dicapai pada umur 15 — 20 bulan, dan untuk sapi tropis kedewasaan tubuh pada umur 2 — 2,5 tahun.

PERKAWINAN PERTAMA PADA SAPI TERNAK

Antara kedewasaan kelamin dan kedewasaan tubuh tidak akan berangsung secara bersamaan, sebelum kedewasaan tubuh tercapai selalu didahului dengan kedewasaan kelamin terlebih dahulu. Oleh karena itu pada saat mengalami birahi yang pertama sapi belum bisa dikawinkan. tetapi harus menunggu sampai mencapai kedewasaan tubuh.

Sebagai pedoman untuk sapi dari daerah subtropis bisa dikawinkan yang pertama kali pada umur 1,5 — 2 tahun, dan sapi-sapi Indonesia pada umur 2 — 2,5 tahun. Sebab pada saat itu kedewasaan tubuh sudah tercapai, sehingga pada waktu terjadi kebuntingan tidak akan mengganggu induk yang bersangkutan. Sebab apabila sapi dikawinkan terlalu awal akan merugikan induk ataupun anak yang dilahirkan.

Berikut ini merupakan kelemahan dari perkawinan sapi yang terlalu awal:
  • Induk tak akan bisa mengalami pertumbuhan tubuh yang sempurna, sebab kebutuhan zat-zat yang semestinya diperlukan untuk pertumbuhan tubuh juga diperlukan untuk pertumbuhan anak dalam kandungan.
  • Induk sering mengalami kesulitan untuk melahirkan karena tulang pinggul belum berkembang sempurna atau masih sempit.
  • Anak yang dilahirkan sering kurang sehat. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan induk yang kurang sempurna sehingga mempengaruhi produksi air susunya. Produksi susu relatif sedikit, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup anak yang dilahirkan sampai dengan disapih tidak mencukupi.
Akan tetapi menunda perkawinan terlampau lama pun tidak baik, sebab ada kemungkinan terjadinya penimbunan lemak di sekeliling ovarium dan oviduct sehingga mengganggu proses pembentukan telur dan ovulasi. Di samping itu, ditinjau dari segi ekonomis, penundaan perkawinan terlalu lama juga sangat merugikan. Oleh karena itu, para peternak sapi harus mengetahui batas-batas umur sapi yang paling baik untuk dikawinkan.

a. Batas-batas Umur Sapi Ternak Untuk Dikawinkan

Sapi ternak dari daerah subtropis mulai dewasa kelamin pada umur 8-18 bulan dan mencapai dewasa tubuh pada umur 15 — 20 bulan. Sedangkan untuk jenis-jenis sapi ternak dari daerah tropis mulai dewasa kelamin pada umur 1 — 2 tahun dan mencapai dewasa tubuh pada umur 2 — 2,5 tahun. Berdasarkan kedewasaan kelamin dan kedewasaan tubuh inilah maka sapi ternak dapat dikawinkan secara tepat, yakni:
  • Untuk sapi ternak dari daerah subtropis perkawinan pertama kali yang paling baik adalah pada umur 1,5 — 2 tahun.
  • Untuk sapi ternak dari daerah tropis perkawinan pertama kali yang paling baik adalah pada umur 2 — 2,5 tahun.
  • Perkawinan yang paling baik untuk dijadikan calon bibit adalah pada umur 6 — 9 tahun, dan Batas tertinggi perkawinan untuk calon bibit adalah pada umur 12 tahun.
Namun, sampai saat ini masih banyak para pelaku usaha ternak sapi yang menjual atau membeli sapi tanpa data umur yang jelas (otentik), sebab banyak peternak yang tidak membuat catatan kapan sapi-sapi tersebut dilahirkan. Untuk mengetahui umur sapi, di samping melalui catatan kelahiran yang ada, dapat juga diketahui melalui gigi-giginya.

b. Mengetahui Umur Sapi Melalui Giginya

Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri sapi hanya terdapat di rahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah tumbuh. Dan pada umur tertentu gigi tersebut secara bertahap akan tanggal sepasang demi sepasang, berganti dengan gigi seri baru. Gigi seri yang pertama atau gigi yang sudah tumbuh semenjak sapi lahir ini disebut gigi susu, sedangkan gigi seri baru yang menggantikan gigi susu tadi disebut gigi tetap. Dengan demikian pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi 3 fase, yakni:
  • Fase gigi susu, yaitu gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti dengan gigi yang baru.
  • Fase pergantian gigi, yaitu fase dari awal pergantian sampai selesai (rampas).
  • Fase keausan, yaitu fase gigi tetap yang mengalami keausan.

Proses pergantian gigi sapi

Pada awalnya 2 buah gigi dalam (Gd) lepas, kemudian disusul 2 buah gigi tengah dalam (Gtd), gigi tengah luar (Gtl), yang terakhir adalah gigi luar (Gl). Lebih jelasnya perhatikanlah gambar berikut ini:

TANDA-TANDA BIRAHI PADA SAPI TERNAK

Sapi betina hanya bisa melayani atau menerima pejantan pada waktu-waktu tertentu. Sebab organ reproduksi betina bekerja secara teratur, sel telur diproduksi 3 minggu sekali karena pengaruh kerja hormoon. Akibat dari kerja hormoon itu, maka perilaku sapi yang bersangkutan akan berubah. Itulah yang disebut tanda-tanda birahi.

Sapi yang sedang birahi akan menunjukkan perilaku atau tanda-tanda sebagai berikut:
  • Sapi menjadi lebih peka atau mudah terangsang.
  • Sapi dalam keadaan gelisah, dan apabila sapi tersebut diikat selalu berusaha melepaskan diri.
  • Di dalam keadaan lepas, sapi berusaha mencari kontak atau mendekati pejantan.
  • Mencoba menaiki sesama kawan yang berdekatan.
  • Jika betina tadi dinaiki kawannya akan berdiam diri, atau membiarkan dinaiki teman.
  • Sering melenguh-lenguh, ekor agak terangkat ke atas.
  • Vulva nampak merah, membengkak dan hangat (apabila diraba). Atau di dalam Bahasa Jawa populer disebut dengan istilah 3A (Abang, Abuh, Anget).
  • Dari vulva sering keluar lendir.
Periode birahi pertama sampai dengan birahi berikutnya disebut siklus birahi. Siklus birahi sapi berlangsung secara teratur pada setiap 3 minggu sekali. Meskipun sedang birahi, sapi tersebut kadang-kadang sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda birahi. Hal ini mempersulit pengamatan para peternak. Peristiwa semacam ini disebut birahi tenang (silent heat).

Di muka telah dijelaskan bahwa kerja alat reproduksi sapi betina berjalan secara teratur, karena ada hormon yang mengatur. Kerja hormon ini akan berhenti pada saat sapi sedang bunting. Itulah sebabnya sapi betina tidak bisa dikawinkan pada setiap saat, tetapi harus menunggu sampai sapi itu birahi. Hal ini berbeda dengan sapi jantan. Sperma sapi jantan yang sudah dewasa kelamin bisa diproduksi terus-menerus sepanjang waktu sehingga pejantan selalu siap untuk dipakai atau untuk memacek pada setiap saat.

PERKAWINAN YANG TEPAT PADA WAKTU BIRAHI PADA SAPI TERNAK

Perkawinan yang tepat pada waktu birahi adalah pada pertengahan birahi, yakni 9 jam sesudah gejala-gejala birahi itu nampak sampai dengan 6 jam sesudah birahi itu berakhir. Atau lebih praktisnya bisa dilakukan sebagai berikut:
  • Jika birahi nampak pada pagi hari, maka sore hari dikawinkan.
  • Jika birahi nampak pada sore hari, maka pagi hari berikutnya dikawinkan.
Pedoman tersebut di atas cukup beralasan, sebab pembuahan akan terjadi pada tingkat kesuburan yang optimum, yakni 9 jam sesudah gejala birahi nampak sampai dengan 6 jam sesudah birahi berakhir.

Sel telur tak akan bisa dibuahi bila perkawinan terlambat, misalnya 10 —12 jam sesudah birahi selesai. Hal ini ada kaitan yang erat dengan proses terjadinya ovulasi (terlepasnya sel telur) dan hidup sperma yang masuk ke dalam alat reproduksi betina. Hidup sperma di dalam alat reproduksi berlangsung 24 — 30 jam. Dalam hal ini perlu diingat bahwa sapi mengalami birahi rata-rata berlangsung 18 jam, sedangkan ovulasi terjadi 10 — 12 jam sesudah birahi berakhir.

Sapi ternak induk sehabis melahirkan bisa dikawinkan kembali sesudah 60 — 90 hari. Walaupun kurang lebih 6 minggu sesudah beranak sapi tersebut sudah mulai birahi kembali, namun perlu menunggu saat yang baik. Saat yang baik ialah apabila alat reproduksi yang robek akibat melahirkan sudah sembuh. Dua sampai tiga bulan sesudah melahirkan alat reproduksi biasanya sudah sembuh kembali.

KEBUNTINGAN DAN PERKAWINAN KEMBALI SESUDAH SAPI TERNAK MELAHIRKAN

Sesudah terjadi pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang terjadi setiap 21 hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda awal suatu kebuntingan pada sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa sapi yang bersangkutan sedang bunting.

Tanda-tanda kebuntingan pada sapi ternak:

  • Birahi berikutnya tidak niuncul lagi.
  • Adanya perubahan tingkah laku, seperti:
    • Menjadi lebih tenang, tak suka mendekat pejantan.
    • Nafsu makan meningkat.
    • Sering menjilat-jilat batu bata, tembok, genteng dan lain sebagai nya.
  • Pada pertengahan kebuntingan perut sebelah kanan nampak besar.
Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari. Lama kebuntingan sapi sangat bervariasi. Jika anak sapi tersebut jantan, biasanya sering kali lebih lama di dalam kandungan dibanding jika anak sapi betina. Untuk sapi yang baru pertama kali bunting, biasanya waktu bunting lebih singkat daripada sapi induk yang sudah berulang kali bunting. Selain itu, jika sapi bunting anak kembar, pada umumnya masa bunting lebih singkat.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN DALAM USAHA TERNAK SAPI

Pemeliharaan/perawatan sapi harus dilakukan sejak dini, yakni sejak sapi masih pedet (umur 0 — 9 bulan) sampai dewasa atau siap dijual. Pemeliharaan/perawatan yang dilakukan sejak dini secara baik kecuali menunjang kesehatan sapi juga menunjang pertumbuhan dan mutu dagingnya.

PEMELIHARAAN ALAMIAH DAN BUATAN DALAM USAHA TERNAK SAPI

a. Pemeliharaan pedet secara alamiah pada usaha ternak sapi

Pemeliharaan alamiah dalam usaha ternak sapi adalah pemeliharaan dengan cara membiarkan pedet bersama-sama induknya, menyusu induk sekehendak pedet, tanpa ada pembatasan. Pedet bersama induk sampai dengan disapih, yakni pada saat pedet tersebut berumur 6 — 9 bulan. Pada saat itu induk dan pedet selalu bersama-sama, baik pada waktu di dalam kandang ataupun di lapangan penggembalaan. Dengan pemeliharaan alamiah ini biasanya pedet tumbuh Iebih kuat dan cepat daripada dengan cara lain. Kadang-kadang satu ekor induk bisa mengasuh 1 — 2 ekor pedet, termasuk pedet dari anaknya sendiri. Hal ini sangat tergantung produksi susunya, bisa mencukupi atau tidak.

b. Pemeliharaan buatan pada usaha ternak sapi

Pemeliharaan buatan dalam usaha ternak sapi adalah cara pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak, termasuk pemberian susu whole yang jumlahnya terbatas sebagai susu pengganti. Susu bisa diberikan dengan suatu alat khusus yang disebut niple-feeders.
Jadwal pemberian susu/makanan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Pedet menerima kolustrum langsung dari induk selama 3 — 4 hari.
  • Sesudah itu pedet diberi whole-milk selama 1 — 2 bulan, kemudian diganti susu skim, kurang lebih 3 minggu sebelum penyapihan.
  • Umur 3 minggu sudah dilatih untuk diberi makanan penguat dan hijauan.
  • Penyapihan yang terlalu dini kurang menguntungkan, terlebih-lebih di daerah tropis seperti Indonesia ini.
Salah satu sistem pemeliharaan yang baik dan berhasil adalah sangat tergantung dari penggunaan alat yang bersih dan ketelitian dalam penggunaan susu dalam jumlah dan suhu yang tepat. Pedet yang akan diberi susu lewat niple-feeders ataupun ember harus dilatih terlebih dulu agar pedet benar-benar menjadi terbiasa minum lewat alat tersebut.

Pedet yang dipelihara dengan cara ini, biasanya harus selalu tinggal di dalam kandang hingga berumur 6 bulan.

MENIMBANG PEDET/SAPI

Dalam usaha ternak sapi yang baik, pedet yang dipelihara harus ditimbang secara teratur agar bisa diketahui laju pertumbuhannya. Oleh karena itu penimbangan ini harus dilakukan setiap minggu sekali pada saat pedet belum disapih. Dan selanjutnya penimbangan dilakukan 1 bulan sekali sesudah pedet disapih. Frekuensi penimbangan bisa dikurangi sesudah pedet mencapai umur lebih dari 1 tahun, misalnya 3 bulan sekali.

MEMANDIKAN SAPI TERNAK

Dalam usaha ternak sapi, menjaga kebersihan sapi merupakan kegiatan yang sangat penting. Untuk menjaga kehersihan badan sapi, setiap hari sapi harus dimandikan. Jika kondisi memaksa, paling tidak satu minggu sekali sapi harus dimandikan. Sapi harus dimandikan, agar kulitnya bersih, tidak tertutup daki. Kulit sapi terdiri atas 3 lapisan, yakni lapisan teratas berupa lapisan mati. Dari kulit tadi keluarlah keringat. Sesudah keringat tadi menguap maka tinggallah bagian organik dan anorganik yang bercampur dengan sel-sel yang berasal dari lapisan mati, ditambah debu yang melekat, akhirnya menjadi daki.

Pengaruh daki terhadap sapi ternak
  • Daki dapat menutup lubang keringat, sehingga keringat tidak bisa keluar, yang mengakibatkan kesehatan ternak sapi terganggu karena pengaturan panas di dalam tubuh kurang sempurna.
  • Daki menjadi tempat yang digemari oleh berbagai macam bakteri dan parasit, sehingga menimbulkan perasaan. yang tidak enak bagi sapi yang bersangkutan, yakni gatal-gatal. Oleh karena itu sapi harus dimandikan dengan jalan menggosok-nggosok kulit dengan sikat atau bahan lain. Sesudah dimandikan janganlah menempatkan sapi tersebut di tempat yang banyak angin. Pemeliharaan kulit dengan jalan memandikan merupakan salah satu usaha untuk menjaga kesehatan sapi dari berbagai macam penyakit.

MENGHILANGKAN TANDUK SAPI TERNAK (DEHORNING)

Dehorning adalah cara untuk mematikan atau menghilangkan calon tanduk sebelum tumbuh memanjang. Dehorning ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya penandukan terhadap para peternak maupun terhadap sesama sapi yang tinggal bersama-sama dalam satu kandang dan untuk menghemat tempat. Dehorning dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, besi yang dipanaskan, ataupun dengan cara memotong tanduk dengan gergaji.

a. Dehorning dengan bahan kimia dalam usaha ternak sapi

Bahan kimia yang digunakan ialah caustic-soda baik dalam bentuk pasta ataupun batangan seperti lilin. Dehorning dengan bahan kimia hanya bisa dilakukan pada pedet yang berumur kurang dari 2 minggu, atau pada saat pedet berumur 3 — 10 hari.

Sebelum bahan kimia dioleskan, terlebih dulu bulu di sekeliling calon tanduk yang akan tumbuh dibersihkan atau digunting. Sesudah keadaan bulu itu bersih, tempat tersebut diolesi dengan vaselin agar bahan kimia (caustic-soda) tidak mengenai mata. Kemudian caustic-soda berbentuk pasta digosokkan pada dasar calon tanduk tumbuh, sampai muncul bintikbintik darah. Perlu diperhatikan bahwa dehorning dengan caustic-soda ini harus dilakukan dengan tangan terlindung (misalnya dengan sarung tangan karet), agar kulit tangan tidak terbakar.

b. Dehorning dengan besi yang dipanaskan dalam usaha ternak sapi

Alat ini dibuat dengan design khusus yang bisa dipanaskan dengan aliran listrik sehingga alat atau besi menjadi papas, tetapi tidak boleh menjadi terlampau panas ataupun kurang panas. Cara ini hanya bisa dilakukan pada pedet-pedet muda.

c. Dehorning dengan menggunakan gergaji

Cara ini sangat sederhana, akan tetapi pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati, supaya sapi tidak berontak dan stress. Cara ini hanya dilakukan pada sapi-sapi dewasa yang tanduknya sudah terlanjur tumbuh panjang. Oleh karena itu pada saat melakukan penggergajian tanduk, sebelumnya sapi harus diikat terlebih dahulu supaya lebih aman bagi petugasnya.

PENGEBIRIAN (KASTRASI) DALAM USAHA TERNAK SAPI

Kastrasi bertujuan untuk meningkatkan mutu karkas dan untuk lebih menjinakkan sapi. Umur sapi sangat menentukan cara pengebirian, pada pedet atau sapi yang umurnya lanjut pengebirian akan lebih banyak membawa risiko. Ada 3 cara kastrasi, yakni:

a. Kastrasi sapi ternak dengan karet gelang

Karet gelang ini pada waktu dimasukkan ke leher scrotum direntangkan dengan menggunakan alat yang disebut elastrator. Sesudah karet gelang tersebut masuk ke leher scrotum, maka scrotum dan saluran testes akan terikat kencang. Akibatnya semua saluran dan peredaran yang terjadi di bawah ikatan karet yang menggigit leher scrotum tadi terhenti. Dan setelah 10 hari sampai 3 minggu scrotum dan testis mengering dan akhirnya lepas dengan sendirinya.

Cara ini akan sangat bagus kalau dilakukan pada pedet yang berumur beberapa hari. Dan yang perlu diperhatikan di dalam hal ini ialah bahwa:
  • Kedua testes harus bisa terikat rapat/kuat.
  • Pengikatan dengan karet gelang tersebut tidak boleh terlalu tinggi. b. Kastrasi dengan pisau

b. Kastrasi sapi ternak dengan pisau

Cara ini bisa dilakukan pada pedet berumur kurang dari 1 minggu sampai umur 4 bulan. Akan tetapi yang paling baik apabila dilakukan pada pedet yang umurnya kurang dari 1 minggu. Sebab pedet yang umurnya kurang dari 1 minggu tidak akan menimbulkan kesulitan, sedangkan yang umurnya lebih dari 3 bulan harus menggunakan patirasa (anestesi).

Cara melakukan kastrasi sapi ternak dengan pisau adalah sebagai berikut:

Sebelum kastrasi, scrotum harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air sabun ataupun desinfektan yang lain. Sesudah scrotum dalam keadaan bersih, kemudian dilakukan operasi pemotongan scrotum di bawah testis, selanjutnya kedua testis didorong keluar, dan kemudian kedua saluran penggantung testis dipotong. Sesudah pemotongan kedua testis selesai bekas operasi tadi harus segera diolesi obat merah untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi.

Kastrasi dengan menggunakan alat pisau ini sangat sederhana dan cepat, serta mudah dilakukan.

c. Kastrasi sapi ternak dengan tang-Burdizzo

Pedet dalam berbagai umur bisa dikastrasi dengan menggunakan alat ini. Akan tetapi ukuran besar kecilnya burdizzo harus disesuaikan dengan pedet yang akan dikastrasi. Dan bagi pedet yang umurnya lebih dari 3 bulan harus menggunakan anaesthetic.

Kastrasi yang dilaksanakan dengan menggunakan alat ini akan menyebabkan aliran darah ke arah testis akan terputus, demikian pula saluran penggantung testis. Kastrasi dengan burdizzo ini tidak akan menimbulkan pendarahan, dan dalam waktu beberapa minggu testis akan mengerut kering.

Pelaksanaan kastrasi bisa dilakukan pada sapi dalam posisi berbaring ataupun berdiri. Pada pedet berumur 2 bulan ke atas biasanya dilakukan dengan posisi berbaring. Penggunaan burdizzo untuk menjepit atau memutus saluran penggantung testes dilakukan satu per satu secara bergantian, tidak boleh sekaligus secara bersama-sama.

PEMBERIAN KALING PADA USAHA TERNAK SAPI

Sapi-sapi pejantan yang dipersiapkan sebagai calon pemacek harus dikaling. Pengalingan dilakukan pada saat sapi belum mencapai umur 1 tahun. Dengan pengalingan ini dimaksudkan agar sapi mudah dikendalikan, diatur dan lain sebagainya.

PEMBERIAN TANDA PENGENAL PADA USAHA TERNAK SAPI

Para peternak sapi yang hanya memiliki beberapa ekor sapi saja kiranya tidak sulit mengenal sapi-sapinya satu per satu. Tetapi, para peternak yang memiliki sapi dalam jumlah yang banyak kiranya akan sulit mengenal sapi-sapinya satu per satu. Untuk mengatasi hal itu, setiap sapi perlu diberi tanda pengenal secara khusus.

Ada berbagai cara untuk memberi tanda pengenal pada ternak sapi, tetapi yang biasa dipergunakan adalah: ear notching, ear tattooing, ear tagging, sistem peneng, dan dengan cara membuat stempel pada tanduk atau badan.

a. Sistem kerat (ear notching)
Yakni memberi tanda pengenal dengan menggunakan silet atau pisau yang tajam untuk mengerat telinga.

Caranya adalah sebagai berikut:

Sebelum daun telinga dikerat terlebih dahulu bagian yang akan dikerat dibersihkan dengan spiritus atau alkohol. Setelah selesai pengeratan, bagian yang dikerat tersebut harus segera diberi obat merah.

b. Sistem anting (Ear tagging)
Sistem ini dilakukan dengan cara melubangi telinga agar bisa dimasuki atau ditempeli sejenis anting karet yang kuat dan bisa diberi nomor atau huruf tertentu. Huruf atau nomor yang ditempel itu biasanya menurut suatu ciri tertentu misalnya asal-usul induk/pejantan yang menurunkannya.

c. Sistem tattoo (Ear tattooing)
Sistem ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus berupa paku-paku tajam yang berbentuk huruf atau nomor, yang di dalamnya bisa diatur atau dilepas dan kemudian dipasang kembali sesuai dengan yang di kehendaki. Caranya adalah sebagai berikut: Telinga sapi yang akan diberi tanda kita tusuk dengan alat tersebut, kemudian diberi warna (tinta).

d. Sistem peneng
Sistem ini banyak dipraktikkan oleh para peternak tradisional di desa-desa. Caranya sederhana, yakni sapi diberikan kalung dari rantai besi atau bahan lain, kemudian kalung rantai tersebut diberi peneng tertentu yang satu dengan lainnya berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa diberi tanda dengan huruf, nomor ataupun berbentuk tulisan.

e. Stempel pada tanduk atau badan
Sistem ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan tulisan atau nomor pada tanduk, ataupun menggunakan besi berbentuk tulisan atau nomor tertentu yang dipanasi kemudian untuk menandai tubuh sapi pada pantat bagian atas.


MENJAGA KESEHATAN SAPI PADA USAHA TERNAK SAPI

Sapi yang digemukkan ataupun sapi kerja harus selalu dijaga kesehatannya agar jangan sampai terkena infeksi atau penyakit. Usaha menjaga kesehatan sapi tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan higiene sapi dan lingkungannya, ataupun dengan tindakan-tindakan pencegahan seperti deworning, de-ticking, vaksinasi, tatalaksana yang baik dan sebagainya.
  • Deworning, yakni usaha mengeluarkan cacing dengan bahan kimia atau obat cacing. Biasanya pengobatan cacing ini dilakukan 4 bulan sekali secara rutin, dan menggunakan dosis yang tepat seperti petunjuk dart pabrik yang bersangkutan. Obat cacing yang dapat digunakan antara lain: Piperzine, Tirabenzole Phenothizine.
  • De-ticking, yakni membebaskan kutu dari sapi ternak.
  • Vaksinasi, yakni usaha untuk menghindarkan berbagai infeksi atau penyakit menular dengan membuat kekebalan terhadap sapi ternak yang dipelihara. Vaksinasi penting yang harus dilakukan antara lain: vaksinasi Anthrax, Brucellosis, Rinderpest, dan TBC.
  • Usaha higiene, yakni tindakan pencegahan penyakit lewat kebersihan. Usaha higiene ini sangat erat kaitannya dengan tatalaksana perkandangan yang bersih, cukup air untuk membersihkan, drainase baik, ruangan cukup longgar, matahari dapat menyinari kandang, udara se-gar dengan mudah bisa masuk/keluar kandang dengan bebas, tetapi harus terhindar dart angin langsung.

KANDANG TERNAK SAPI

  • Kandang harus terpisah dengan perumahan peternak.
  • Kandang harus beratap dan berdinding rapat, supaya sapi tidak kena tiupan angin secara langsung.
  • Kandang harus cukup mendapatkan cahaya.
  • Ukuran luas kandang = 1,5 x 1,8 (2) m2/ekor.

TILAM (BEDDING) DALAM USAHA TERNAK SAPI

Tilam atau bedding adalah alas dasar lantai kandang yang berasal dari jerami ataupun sisa-sisa bahan makanan yang berasal dari hijauan. Dengan alas lantai (bedding) semacam ini, sapi bisa tidur dengan nyaman dan tenang, badan sapi tidak lekas kotor. Tilam yang sudah tidak dipakai dapat dijadikan pupuk untuk tanaman.

Fungsi tilam ialah:
  • Menjaga kebersihan tubuh hewan, sebab dengan adanya tilam ini
  • tubuh sapi tidak cepat menjadi kotor.
  • Membuat sapi bisa tidur dengan nyaman dan tenang, sebab alas tersebut empuk.
  • Menyerap air kencing, kotoran sapi.
  • Memudahkan mengumpulkan kotoran dan pengangkutan ke luar kandang.
  • Dapat menyimpan amonia yang sangat berguna bagi proses pembentukan pupuk.
Cara membuat bedding:
Jerami atau sisa-sisa makanan hijauan ditebarkan di atas lantai kandang. Dan setiap hari ditebari jerami lagi di atas tebaran yang sudah ada sehingga setiap hari tetap dalam keadaan bersih dan semakin lama semakin bertambah tebal. Penebaran jerami ini bisa dilakukan juga pada setiap 2 hari sekali. Demikian seterusnya jerami dan kotoran bercampur dengan sisa makanan yang terinjak-injak dan tertimbun menjadi satu. Tilam yang sudah tertimbun tebal bisa dibongkar setiap 1 minggu sekali.

1 comments:

Togelpelangi said...

JANGAN LEWATKAN PROMO MENARIK DARI KAMI

HUBUNGI KONTAK Kami
BBM : D8E23B5C
WHAT APPS : +85581569708
LINE : togelpelangi
WE CHAT : togelpelangi
LIVE CHAT 24 JAM : WWW-ANGKAPELANGI-NET

Ayo coba keberuntungan anda
jutaan rupiah menunggu anda

Post a Comment

Home - About - Order - Testimonial
Copyright © 2010 petunjuk praktis budidaya All Rights Reserved.