BUDIDAYA IKAN HIAS

Ikan hias ternyata memiliki jumlah peminat yang sangat tinggi sehingga prospek usaha budidaya ikan hias memiliki peluang yang cukup bagus. Minat masyarakat terhadap ikan hias ini konon berawal dari kebiasaan orang mengurung ikan di pekarangan. Kebiasaan tersebut akhirnya menjadi hobi untuk memelihara ikan di rumah. Kini kegemaran orang memandang kecantikan ikan hias di pekarangan atau di dalam rumah telah berkembang menjadi peluang bisnis berskala internasional.

Budidaya Ikan Hias Arulius

Klasifikasi Ikan Hias Arulius

Ordo: Ostariophysi/Ostariophysoidei, Sub-ordo: Cyprinoidei, Famili: Cyprinidae, Genus: Puntius, Spesies: Puntius arulius/Barbus arulius.

Ciri-ciri Ikan Hias Arulius

Ikan hias ini dikenal juga dengan nama Longfin Barb dan berasal dari negara India dan sudah lama dikenal oleh para hobi dan pembudidaya ikan hias dalam negeri. Karena selain mudah dikembangbiakkan, ikan hias ini pun mampu memberi keturunan yang lumayan banyak setiap kali memijah. Lain daripada itu, ikan hias arulius juga memiliki daya tarik di tubuhnya yang mirip ikan bandeng itu. Warna dasar tubuhnya sulit diuraikan secara tepat. Punggungnya berwarna keperakan, perut kekuningan, sedangkan tutup insangnya dilekati warna-warni kehijauan.

Sirip ekor dan anus gabungan antara hijau dan merah dominan. Sirip punggung mempunyai tulang sirip yang mencuat keluar seperti duri, sedang sirip perut dan dada transparan hijau gelap. Warna-warni tubuh arulius ini tidak selalu permanen. Tetapi yang pasti gabungan warna di tubuhnya mengundang banyak perhatian. Panjang total tubuhnya dapat mencapai 12 cm.

Sifat Ikan Hias Arulius

Longfin barb ini dikenal juga ikan yang suka damai. Bila ingin dipelihara di dalam akuarium pajangan, ia aman dicampur dengan ikan jenis lain meski ukurannya jauh lebih kecil. Kelebihannya, jika ia dicampur beberapa ekor sekaligus, mereka sering bertingkah aneh-aneh, misalnya membentuk barisan dan berjalan secara beriringan.

Di alamnya sana, arulius banyak ditemukan di air yang agak deras. Gerakannya lincah dan agresif tetapi tidak membahayakan keselamatan ikan lainnya. Hanya raja semasa mudanya ikan ini kurang menawan, dan akan menawan setelah berubah dewasa terlebih-lebih untuk ikan jantan.

la membutuhkan akuarium yang berukuran besar dan luas karena si jantan ini sering bertindak aneh-aneh misalnya mengotori air akuarium. Akuarium itu sendiri hendaknya diisi batu-batuan yang agak kehitaman serta diberi ornamen lain. Ornamen ini bisa berupa kayu dan tanaman air yang ditanam di dalam akuarium. la membutuhkan ruang luas untuk berenang. Selain itu juga menuntut air segar, maka usahakanlah penggantian air di dalam akuarium dilakukan secara rutin. Ketentuannya air baru itu harus sama temperaturnya dengan yang ada di dalam akuarium. Jika tidak, bisa membawa malapetaka baginya.

Tempat Pemijahan Ikan Hias Arulius

Memijahkan ikan hias arulius merupakan kegiatan yang bisa dibilang mudah. Tempat memijah yang disediakan buat ikan ini ialah :
  • kolam atau bak dari semen 2 x 3 m sedalam 50 cm.
  • akuarium panjang 1 m, lebar 0,5 m, kedalaman 0,5 m.
  • air yang dikehendaki arulius tidak ada kekecualian dengan ikan hias jenis lain, yaitu bisa dari sumur atau ledeng dengan kesadahan normal, keasaman (pH) 7 dengan suhu antara 23-25°C.
Untuk melengkapi tempat pemijahan ini maka ke dalam tempat pemijahan diisi air setinggi 40 cm. Karena arulius sifatnya memberantakkan telur, maka ke dalam tempat pemijahan harus disediakan tanaman air dasar, untuk melindungi keselamatan telur dari induknya. Tempat pemijahan ini kalau bisa diusahakan menerima sinar matahari pagi. Eceng gondok boleh ditempatkan untuk mengurangi terik matahari dan memberi kesan alami bagi induk.

Memilih induk Ikan Hias Arulius

Syarat induk tak boleh ditawar, yaitu harus sehat, bentuk tubuh normal, dan lincah. Usia siap kawin arulius setidaknya 9-12 bulan dengan panjang. tubuh antara 8-10 cm. Untuk membedakan jenis kelaminnya bisa dilihat dari bentuk badan dan sirip punggungnya. Bentuk badan si jantan biasanya lebih panjang dan langsing, sementara si betina lebih montok, buntek dengan penampang badan lebih besar. Selain itu, ikan hias arulius jantan memiliki sirip punggung yang luar biasa cantik, memanjang dengan warna gelap atau kemerahan. Sedang si betina memiliki sirip punggung yang lebih pendek.

Pemijahan Ikan Hias Arulius

Induk ikan hias arulius yang telah dipilih ditaruh ke dalam tempat pemijahan yang sudah dimanupulasi sedemikian rupa sebelumnya, dengan perbandingan jantan-betina 4 : 10. Induk arulius jantan 4 ekor betina 10 ekor. Dengan perbandingan ini diharapkan ikan jantan dapat membuahi telur-telur ikan betina secara merata.

Biasanya, induk ikan hias arulius yang telah matang kelamin yang dimasukkan sore hari akan memijah malam harinya. Telur-telur akan jatuh dan berserakan di dasar kolam/akuarium pemijahan, di antara tanaman air. Jadi tidak menempel pada tanaman. Biasanya telur-telur itu akan menetas setelah 24-36 jam.

Untuk lebih memberi jaminan keselamatan bagi telur dan benih sebaiknya induk dikembalikan ke tempat pemeliharaan induk, begitu selesai memijah. Ke dalam akuarium diberi aerator sebagai supplyer oksigen. Sedang bak/kolam kurang perlu diberi aerator.

Telur dan benih tetap dibiarkan dalam akuarium pemijahan, tanpa perlu diganggu. Setelah menetas, tanaman air dasar boleh dipindahkan. Untuk menjaga agar benih tidak terikut, sebaiknya digoyang-goyangkan terlebih dahulu.

Pembesaran Ikan Hias Arulius

Biasanya telur ikan hias arulius akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Tetapi ada pula yang baru menetas keseluruhan jadi burayak setelah tiga hari. Larva atau burayak yang baru saja menetas sampai dengan tiga hari tidak perlu diberi makan. Pakan diberikan setelah pada hari keempat berupa infusspria. Seminggu kemudian, kutu air hasil saringan pun sudah bisa disantapnya. Jika ukuran mulutnya sudah mampu menelan pakan yang berukuran lebih besar maka perlu diberi tambahan pakan lain seperti cacing sutera yang diberikan pagi dan sore agar pertumbuhannya lebih pesat.

Induk ikan hias arulius dipelihara di tempat terpisah untuk memulihkan kondisinya seperti semula dan dapat dikawinkan kembali. Perlakuan merawat anak-anak ini harus tetap memperhatikan suhu air dan kesadahannya airnya. Yang perlu diperhatikan adalah saat penggantian air harus dilakukan dengan hati-hati terutama suhu air yang lama dan air baru harus dipastikan sama. Setelah tempat pendederan ini terlalu padat, maka perlu dilakukan pendederan di tempat yang lebih luas.

Budidaya Ikan Hias Cupang

Klasifikasi Ikan Hias Cupang

Ordo: Percomorphoidei, Sub-ordo: Anabantoidea, Famili: Anabantidae, Genus: Trichopsis, Spesies: Trichopsis vittatus (Cuvier & Valenciennes), Osphromenus vittatus (Cuvier & Valenciennes)

Ciri-ciri Ikan Hias Cupang

Ikan hias cupang berasal dari daerah Jawa, Kalimantan, Sumatera, Malaya, Indochina dan Siam. Ikan hias yang dikenal dalam bahasa Inggris dengan sebutan Talking Gourami atau Croaking Gourami memiliki bentuk tubuh yang sangat langsing dan pipih ke samping (Compressed). Warna dasar badannya bervariasi dari kuning hingga sawo matang. Punggung berwarna lebih gelap dengan bagian perut lebih kuning putih. Secara keseluruhan warna pada tubuhnya sangat bervariasi dan terlihat tajam.

Pada sisi badannya terdapat garis horizontal yang berwarna biru gelap atau hitam. Garis ini dimulai dari mata hingga di daerah sirip ekor. Beberapa specimen lain yang ditemukan kadang-kadang mempunyai tambahan garis samar-samar, sebanyak satu atau dua buah.

Sirip-sirip berwarna kemerahan, dengan ujung berwarna ungu atau biru. Sirip ini mempunyai bintik-bintik berwarna seperti pelangi — biru, merah, kehijauan. Warna matanya sangat menarik. Bagian luar berwarna merah darah, sedangkan bagian dalam berwarna hijau kebiruan. Sirip anal, punggung dan ekor tumbuh sempurna dengan beberapa jari-jari sirip yang tumbuh menonjol.

Sifat-sifat Ikan Hias Cupang

Ikan hias ini dapat mencapai panjang total 6,25 cm, sedangkan untuk pemijahannya dapat dilakukan sejak berukuran 5 cm.

Cupang merupakan salah satu jenis ikan hias yang memiliki kebiasaan menyusun sarang busa sebelum melakukan pemijahan. Namun demikian berbeda dengan ikan hias betta, ikan hias cupang ini bisa ditempatkan dalam akuarium umum, karena mempunyai sifat pendamai.

Ikan hias cupang banyak ditemukan hampir pada semua perairan bebas serta dapat hidup dan berkembang biak pada media yang terbatas.

Tempat Pemijahan Ikan Hias Cupang

Untuk memijahkannya cukup disediakan akuarium berukuran 20 x 40 cm, tinggi 20 cm. Atau toples-toples kaca. Dapat juga dengan menggunakan bak semen berukuran 1 x 2 m atau 1 x 1 m dengan ketinggian bak antara 30-40 cm. Bila pemijahan dilakukan dalam bak semen sebaiknya dibuatkan kamar-kamar dengan sekatan kayu, agar dapat dipakai untuk mengawinkan cupang dalam jumlah yang cukup banyak. Kamar pemijahan ini boleh berukuran hanya 20 x 20 cm.

Di dalam tempat pemijahan diberi tanaman air untuk membantu induk jantan membuat sarang busa. Tanaman ini boleh eceng gondok yang mengapung atau Aponogeton yang memanjang dari dasar bak. Bisa juga sekedar potongan daun eceng gondok, jika pemijahan dilakukan pada kamar-kamar yang disekat di bak semen.

Air yang digunakan bisa air biasa dari sumur atau ledeng. Sebaiknya telah didiamkan selama 24 jam, untuk menguapkan gas yang tidak dikehendaki. Bila memang air sulit dicari, ikan ini masih mau dikawinkan pada air yang diperoleh dari penampungan hujan. Tentunya harus pula diendapkan sehari semalam.

Memilih Induk Ikan Hias Cupang

Untuk membedakan ikan cupang jantan dari betin dapat dilihat dari perbedaan sirip-siripnya dan warna badannya.
Ikan hias cupang jantan mempunyai jari-jari sirip anal, punggung, dan ekor yang tumbuh dengan sangat sempurna, yaitu lebih panjang sedikit dibandingkan selaput yang menutupinya. Sedangkan ikan hias cupang betina mempunyai sirip ekor, anal, dan punggung yang biasa, tanpa ada penonjolan dari jari-jari siripnya.
Selain itu ikan hias cupang jantan juga terlihat mempunyai ujung sirip punggung yang berwarna kemerahan, yang juga terlihat pada sirip ekor dan analnya. Pada ikan jantan yang telah matang kelamin terdapat bintik-bintik hitam pada punggungnya yang lebih banyak dari biasanya, yang tidak terlihat pada induk ikan hias cupang betina.

Ikan-ikan yang dipilih sebagai induk sebaiknya telah berukuran 5 cm dan telah berumur antara 6-7 bulan. Induk jantan berjumlah sebanding dengan induk betina, karena perkawinan ikan hias cupang menganut sistem monogami.

Induk yang telah terpilih ditempatkan dalam wadah terpisah, dan diberi makan yang layak, biasanya kutu air atau cuk (jentik nyamuk).

Pemijahan Ikan Hias Cupang

Sebelum dipakai, bak atau akuarium dibersihkan dulu untuk menghindari jamur atau bibit penyakit lainnya. Kotoran yang melekat di dindingnya digosok hingga licin, kemudian dibilas dengan air bersih. Jika dirasakan perlu, boleh direndam dengan larutan PK encer, sebelum akhirnya dibilas lagi.

Ke dalam akuarium diisi air setinggi 15-18 cm, sedangkan bak boleh sampai kedalaman 25 cm. Kemudian dimasukkan tanaman yang telah dibersihkan. Aponogeton harus diberi pecahan genteng pada dasarnya supaya jangan tumbang, sedangkan eceng gondok dapat ditempatkan begitu saja.

Induk-induk ikan hias cupang yang telah dipilih dimasukkan ke dalam tempat pemijahan, satu ikan jantan untuk satu induk ikan betina. Bila menggunakan tempat bak semen, banyaknya induk yang dikawinkan disesuaikan dengan banyaknya sarang yang tersedia.

lnduk ikan hias cupang jantan akan membangun sarang busa di antara daun-daunan enceng gondok atau di sekitar tanaman Aponogeton. Induk ikan hias cupang betina hanya mengawasi pasangannya mempersiapkan pelaminan. Setelah sarang busa siap, maka tidak berapa lama induk betina akan menghampiri pasangannya untuk bersama-sama bercumbu di bawah sarang busa.

Induk ikan hias cupang betina akan mengeluarkan telurnya yang segera akan diikuti induk jantan dengan menyemprotkan spermanya. Telur-telur akan melekat di busa yang berwarna putih itu. Sebagian telur yang jatuh akan dipungut oleh kedua induknya dan ditempatkan bersama sekumpulan telur yang lain.

Telur yang dibuahi oleh sperma ikan hias cupang jantan akan menetas dalam tempo tidak lebih dari 24 jam, pada suhu 24°C. Benih yang telah menetas akan berdiam di sekitar tempatnya semula. Baru setelah melewati masa tiga hari benih-benih akan mulai terlihat berpindah, berenang bebas. Pada saat inilah harus diberikan makanan, sebab kandungan kuning telurnya sudah habis. Juga jangan lupa memindahkan induk jantannya. Sedangkan induk betina sudah harus dipisah begitu selesai memijah.

Pembesaran Ikan Hias Cupang

Mengingat tempat pemijahan yang relatif sempit dan untuk menyelamatkan benih-benih yang masih lemah, maka setelah berumur seminggu benih sudah boleh dipindahkan ke lain tempat. Tempat yang baru, boleh berupa bak semen atau akuarium yang berukuran agak besar.

Pemindahan dilakukan pagi hari di saat suhu masih rendah dengan mengikutsertakan sebagian airnya. Air yang dipakai di tempat baru sebaiknya telah diendapkan sehari semalam, dengan ketinggian air tidak boleh lebih dari 25 cm. Di dalam bak ini boleh ditempatkan satu atau dua rumput eceng gondok yang berakar rimbun sebagai tempat peneduh dan perlindungan dari tetesan air hujan. Jangan lupa membersihkan lebih dulu sebelum menempatkan dalam bak pendederan, sebab jika alpa dapat fatal akibatnya.

Makanan pertama kali yang diberikan oleh infusaria atau air hijau yang dapat diperoleh dari permukaan kolam. Kemudian rotifera yang disusul kutu air yang kecil, sebelum akhirnya benih mampu menelan cacing sutra.

Penggantian air dilakukan seminggu sekali dengan membuang tidak lebih dari 2/3 bagian air lama. Penggantian air dilakukan dengan menyipon air lama memakai slang dan menggantinya dengan air yang telah diendapkan sehari semalam.

Pemindahan kedua dilakukan setelah benih berumur sebulan, ke bak yang lebih lapang. Atau bisa juga dengan mengurangi kepadatan benih dalam kolam dengan memindahkan sebagian ke bak lain. Sementara itu induk ikan hias cupang dapat dikawinkan lagi setelah waktu empat minggu, kadang-kadang malah bisa kurang.

0 comments:

Post a Comment

Home - About - Order - Testimonial
Copyright © 2010 petunjuk praktis budidaya All Rights Reserved.